CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Rabu, 18 November 2009

"INCEST"

Hubungan Sedarah atau dalam bahasa Inggris disebut incest adalah hubungan saling mencintai yang bersifat seksual yang dilakukan oleh pasangan yang memiliki ikatan keluarga kekerabatan) yang dekat, biasanya antara ayah dengan anak perempuannya, ibu dengan anak laki-lakinya, atau antar sesama saudara kandung atau saudara tiri. Pengertian istilah ini lebih bersifat sosio antropologis daripada biologis (bandingkan dengan kerabat-dalam untuk pengertian biologis) meskipun sebagian penjelasannya bersifat biologis.
Incest (hubungan seksual yang dilakukan oleh individu didalam sebuah keluarga dengan anggota keluarga lainnya, baik itu ayah dengan anak, ibu dengan anak, kakek dengan cucu, kakak dengan adik.) sebagian termasuk kedalam kejahatan atau penganiayaan seksual, dimana perilaku seksual yang dilakukan dapat berupa penganiayaan secara fisik maupun non fisik, oleh orang yang lebih tua atau memiliki kekuasaan yang bertujuan untuk memuaskan hasrat seksual pelakunya.
Hubungan Sedarah diketahui berpotensi tinggi menghasilkan keturunan yang secara biologis lemah, baik fisik maupun mental (cacat), atau bahkan letal (mematikan). Fenomena ini juga umum dikenal dalam dunia hewan dan tumbuhan karena meningkatnya koefisien erabat-dalam pada anak-anaknya. Akumulasi gen-gen pembawa 'sifat lemah' dari kedua orang tua pada satu individu (anak) terekspresikan karena genotipenya berada dalam kondisi homozigot.
Observasi mengenai Incest :
Studi yang dilakukan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jawa Timur (2000), berhasil mengungkap bahwa pelaku tindak perkosaan ternyata tidak selalu penjahat atau preman kambuhan atau orang yang tidak dikenal korban, tapi acap kali pelakunya adalah orang yang sudah dikenal baik oleh korban, entah itu tetangga, saudara, kerabat, guru, atau bahkan kakek atau ayah kandung korban sendiri. Dari 312 kasus perkosaan yang berhasil diidentifikasi dari berita media massa selama 1996-1999 di Jawa Timur, sekitar 10,4 persen pelakunya ternyata adalah ayah kandung. Tidak mustahil jumlah kasus incest yang sebenarnya jauh lebih besar daripada yang diekspos media massa.
2.2 Sejarah Incest
Peristiwa incest telah terjadi sejak dulu kala. Dalam sejarah dicatat raja-raja Mesir kuno dan putra-putrinya kerap kali melakukan tingkah laku incest dengan motif tertentu, sangat mungkin bertujuan untuk meningkatkan dan kualitas generasi penerusnya. Pascainvasi Alexander the Great (Iskandar Zulkarain) para bangsawan Mesir banyak yang melakukan perkawinan dengan saudara kandung dengan maksud untuk mendapatkan keturunan berdarah murni dan melanggengkan kekuasaan. Contoh yang terdokumentasi adalah perkawinan Ptolemeus II dengan saudara perempuannya, Elsione. Beberapa ahli berpendapat, tindakan seperti ini juga biasa dilakukan kalangan orang biasa. Toleransi semacam ini didasarkan pada Mitologi Mesir Kuno tentang perkawinan Dewa Osiris dengan saudaranya, Dewi Isis. Sedangakn dalam mitologi Yunani kuno ada kisah Dewa Zeus yang kawin dengan Hera, yang merupakan kakak kandungnya sendiri.
Kisah-kisah tentang incest ini bukan hanya pada mitologi saja, tapi bahkan ada juga yang tercatat dalam kitab suci beberapa agama. Dalam kitab agama Kristen misalnya banyak sekali dikisahkan peristiwa incest yang bahkan sangat tidak masuk akal seperti kisah incest yang melibatkan beberapa orang Nabi beserta keluarganya. Sebagai contoh kisah tentang Lot (Nabi Luth) yang konon melakukan hubungan seks dengan kedua putrinya:
Demikianlah juga pada malam itu mereka memberi ayah mereka minum anggur, lalu bangunlah yang lebih muda untuk tidur dengan ayahnya; dan ayahnya itu tidak mengetahui ketika anaknya itu tidur dan ketika ia bangun. 36 Lalu mengandunglah kedua anak Lot (Nabi Luth) itu dari ayah mereka. (Kejadian 19: 35-36),
ada juga kisah tentang Ruben putra sulung Nabi Ya’kub yang konon pemperkosa istri Nabi Ya’kub:
Ketika Ya’kub diam di negeri ini, terjadilah bahwa Ruben sampai tidur dengan Bilha, istri ayahnya, dan kedengaranlah hal itu kepada Israel. (Kejadian 35: 22),
selain itu ada juga kisah tentang Amnon putra Nabi Daud lainnya yang konon memperkosa saudara perempuannya Tamar:
Ketika gadis itu menghidangkannya kepadanya supaya ia makan, dipegangnyalah gadis itu dan berkata kepadanya: “Marilah tidur dengan aku, adikku.” 12 Tetapi gadis itu berkata kepadanya: “Tidak kakakku, jangan perkosa aku, sebab orang tidak berlaku seperti itu di Israel. Janganlah berbuat noda seperti itu. 13 Dan aku, ke manakah kubawa kecemaranku? Dan engkau ini, engkau akan dianggap sebagai orang yang bebal di Israel. Oleh sebab itu, berbicaralah dengan raja, sebab ia tidak akan menolak memberikan aku kepadamu.” 14 Tetapi Amnon tidak mau mendengarkan perkataannya, dan sebab ia lebih kuat dari padanya, diperkosanyalah dia, lalu tidur dengan dia. (2 Samuel 13: 12-14),
dan masih banyak lagi kisah tentang incest lainnya yang dapat kita temukan dalam Alkitab (Bible) yang konon bukan hanya melibatkan manusia biasa tapi juga melibatkan orang-orang pilihan Tuhan.
Di Indonesia sendiri sampai saat ini perilaku incest masih ada pada kelompok masyarakat tertentu, seperti suku Polahi di Kabupaten Polahi, Sulawesi, dimana praktek hubungan incest banyak terjadi. Perkawinan sesama saudara adalah hal yang wajar dan biasa di kalangan suku Polahi.
2.3 Penyebab Incest
Ada beberapa penyebab atau pemicu timbulnya incest. Akar dan penyebab tersebut tidak lain adalah karena pengaruh aspek struktural, yakni situasi dalam masyarakat yang semakin kompleks. Kompleksitas situasi menyebabkan ketidakberdayaan pada diri individu. Khususnya apabila ia seorang laki-laki (notabene cenderung dianggap dan menganggap diri lebih berkuasa) akan sangat terguncang, dan menimbulkan ketidakseimbangan mental-psikologis. Dalam ketidakberdayaan tersebut, tanpa adanya iman sebagai kekuatan internal/spiritual, seseorang akan dikuasai oleh dorongan primitif, yakni dorongan seksual ataupun agresivitas. Faktor-faktor struktural tersebut antara lain adalah:
(1) Konflik budaya. Seperti kita ketahui, perubahan sosial terjadi begitu cepatnya seiring. dengan perkembangan teknologi. Alat-alat komunikasi seperti radio, televisi, VCD, HP, koran, dan majalah telah masuk ke seluruh pelosok wilayah Indonesia. Seiring dengan itu masuk pula budaya-budaya baru yang sebetulnya tidak cocok dengan budaya dan norma-norma setempat. Orang dengan mudah mendapat berita kriminal seks melalui tayangan televisi maupun tulisan di koran dan majalah. Juga informasi dan pengalaman pornografi dan berbagai jenis media. Akibatnya, tayangan televisi, VCD, dan berita di koran atau majalah yang sering menampilkan kegiatan seksual incest serta tindak kekerasannya, dapat menjadi model bagi mereka yang tidak bisa mengontrol nafsu birahinya.
(2) Kemiskinan. Meskipun incest dapat terjadi dalam segala lapisan ekonomi, secara khusus kondisi kemiskinan merupakan suatu rantai situasi yang sangat potensial menimbulkan incest. Sejak krisis 1998, tingkat kemiskinan di Indonesia semakin tinggi. Banyak keluarga miskin hanya memiliki satu petak rumah. Kita tidak dapat membedakan mana kamar tidur, kamar tamu, atau kamar makan. Rumah yang ada merupakan satu atau dua kamar dengan multi fungsi. Tak pelak lagi, kegiatan seksual terpaksa dilakukan di tempat yang dapat ditonton anggota keluarga lain. Tempat tidur anak dan orangtuanya sering tidak ada batasnya lagi. Ayah yang tak mampu menahan nafsu birahinya mudah terangsang melihat anak perempuannya tidur. Situasi semacam ini memungkinkan untuk terjadinya incest kala ada kesempatan.
(3) Pengangguran. Kondisi krisis juga mengakibatkan banyak terjadinya PHK yang berakibat banyak orang yang menganggur. Dalam situasi suit mencari pekerjaan, sementara keluarga butuh makan, tidak jarang suami istri banting tulang bekerja seadanya. Dengan kondisi istri jarang di rumah (apalagi bila menjadi TKW), membuat sang suami kesepian. Mencari hiburan di luar rumah pun butuh biaya. Tidak menutup kemungkinan anak yang sedang dalam kondisi bertumbuh menjadi sasaran pelampiasan nafsu birahi ayahnya.
Selain faktor-faktor diatas, Lustig (Sawitri Supardi: 2005) mengemukakan factor-faktor lain yaitu:
 Keadaan terjepit, dimana anak perempuan manjadi figur perempuan utama yang mengurus keluarga dan rumah tangga sebagai pengganti ibu.
 Kesulitan seksual pada orang tua, ayah tidak mampu mengatasi dorongan seksualnya.
 Ketidakmampuan ayah untuk mencari pasangan seksual di luar rumah karena kehutuhan untuk mempertahankan facade kestabilan sifat patriachat-nya.
 Ketakutan akan perpecahan keluarga yang memungkinkan beberapa anggota keluarga untuk lebih memilih desintegrasi struktur daripada pecah sama sekali.
 Sanksi yang terselubung terhadap ibu yang tidak berpartisipasi dalam tuntutan peranan seksual sebagai istri.
 Pengawasan dan didikan orangtua yang kurang karena kesibukan orang bekerja mencari nafkah dapat melonggarkan pengawasan oleh orangtua bias terjadi incest.
 Anak remaja yang normal pada saat mereka remaja dorongan seksualnya begitu tinggi karena pengaruh tayangan yang membangkitkan naluri birahi juga ikut berperan dalam hal ini.
2.4 Alasan Anggota Keluarga Melakukan Incest
(1) Ayah sebagai pelaku. Kemungkinan pelaku mengalami masa kecil yang kurang menyenangkan, latar belakang keluarga yang kurang harmonis, bahkan mungkin saja pelaku merupakan korban penganiayaan seksual di masa kecilnya. Pelaku cenderung memiliki kepribadian yang tidak matang, pasif, dan cenderung tergantung pada orang lain. Ia kurang dapat mengendalikan diri/hasratnya, kurang dapat berfikir secara realistis, cenderung pasif-agresif dalam mengekpresikan emosinya, kurang memiliki rasa percaya diri. Selain itu, kemungkinan pelaku adalah pengguna alkohol atau obat-obatan terlarang lainnya.
(2) Ibu sebagai pelaku. Ibu yang melakukan penganiayaan seksual cenderung memiliki tingkat kecerdasan yang rendah dan mengalami gangguan emosional. Ibu yang melakukan incest terhadap anak laki-lakinya cenderung didorong oleh keinginan adanya figur ‘pria lain’ dalam kehidupannya, karena kehadiran suami secara fisik maupun emosinal dirasakan kurang sehingga ia berharap anak laki-lakinya dapat memenuhi keinginan yang tidak didapatkan dari suaminya. Kasus ini jarang didapati, terutama karena secara naluriah wanita cenderung memiliki sifat mengasuh dan ‘melindungi’ anak.
(3) Saudara kandung sebagai pelaku. Kakak korban yang melakukan penganiayaan seksual biasanya menirukan perilaku orang tuanya atau memiliki keinginan mendominasi/menghukum adiknya. Selain itu, penganiayaan seksual mungkin pula dilakukan oleh orang tua angkat/tiri, atau orang lain yang tinggal serumah dengan korban, misalnya saudara angkat.
2.5 Akibat Incest
Ada beberapa akibat dari perilaku incest ini, khususnya yang terjadi karena paksaan. Diantaranya adalah:
(1) Gangguan psikologis. Gangguan psikologis akibat dan kekerasan seksual atau trauma post sexual abuse, antara lain : tidak mampu mempercayai orang lain, takut atau khawatir dalam berhubungan seksual, depresi, ingin bunuh diri dan perilaku merusak diri sendiri yang lain, harga diri yang rendah, merasa berdosa, marah, menyendiri dan tidak mau bergaul dengan orang lain, dan makan tidak teratur.
(2) Secara medis menunjukan bahwa anak hasil dari hubungan incest berpotensi besar untuk mengalami kecatatan baik fisik ataupun mental.
(3) Akibat lain yang cukup meresahkan korban adalah mereka sering disalahkan dan mendapat stigma (label) yang buruk. Padahal, kejadian yang mereka alami bukan karena kehendaknya. Mereka adalah korban kekerasan seksual. Orang yang semestinya disalahkan adalah pelaku kejahatan seksual tersebut.
(4) Berbagai studi memperlihatkan, hingga dewasa, anak-anak korban kekerasan seksual seperti incest biasanya akan memiliki self-esteem (rasa harga diri) rendah, depresi, memendam perasaan bersalah, sulit mempercayai orang lain, kesepian, sulit menjaga membangun hubungan dengan orang lain, dan tidak memiliki minat terhadap seks.
(5) Studi-studi lain bahkan menunjukkan bahwa anak-anak tersebut akhirnya ketika dewasa juga terjerumus ke dalam penggunaan alkohol dan obat terlarang, pelacuran, dan memiliki kecenderungan untuk melakukan kekerasan seksual kepada anak-anak.
2.6 Upaya Mengatasi Incest
Untuk menghindari terjadinya incest yang baik disertai atapun tidak disertai kekerasan seksual, perlu dilakukan tindakan sebagai berikut:
1. Memperkuat keimanan dengan menjalankan ajaran agama secara benar. Bukan hanya mengutamakan ritual, tetapi terutama menghayati nilai-nilai yang diajarkan sehingga menjadi bagian integral dari diri sendiri. Hal ini dapat dicapai dengan penghayatan akan Tuhan sebagai pribadi, sehingga relasi dengan Tuhan bersifat “mempribadi”, bukan sekadar utopia yang absurd.
2. Memperkuat rasa empati, sehingga lebih sensitif terhadap penderitaan orang lain, sekaligus tidak sampai hati membuat orang lain sebagai korban.
3. Mengisi waktu luang dengan kegiatan kreatif-positif.
4. Menjauhkan diri dan keluarga dari hal-hal yang dapat membangkitkan syahwat.
5. Memberikan pengawasan dan bimbingan terhadap anggota keluarga, sehingga dapat terkontrol.
6. Memberikan pendidikan seks sejak dini, sesuai dengan usia anak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
Faktor penyebab tindak pidana perkosaan dalam keluarga terdiri dari:
1. Faktor intern yaitu:
a. keluarga,
b. ekonomi keluarga,
c. tingkat pendidikan,
d. agama/moral,

2. Faktor ekstern,meliputi :
a. lingkungan sosial,
b. perkembangan ipteks,
c. kesempatan,

2.7 Upaya penanggulangan terhadap tindak pidana perkosaan dalam keluarga
1. Menggunakan sarana penal (penerapan hukum pidana) yaitu dari data tahun 2003-2006 di Bandar Lampung menunjukkan bahwa penggunaan sarana penal sangat
sedikit sekali (5,4%).
2. Menggunakan sarana non penal meliputi tugas kepolisian dengan aspek repressive, berperan sebagai penyidik dan dari aspek preventive peranan kepolisian memberikan perlindungan dan pelayanan kepada masyarakat, memberikan bimbingan dan pengarahan serta jalur perdamaian, melakukan raziarazia dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat, membrantas peredaran VCD porno, pergaulan bebas yang sering menjadi faktor penyebab tindak pidana incest.
Peranan kalangan ulama yaitu melakukan pembinaan mental spritual yang
mengarah pada pembentukan moral baik bagi pelaku, korban maupun masyarakat,
secara langsung dan melalui mass media. Pemda bekerja sama dengan ormas,
LSM, masyarakat pers, memberikan pelayanan terpadu khususnya bagi korban,
pelaku maupun saksi serta mengoptimalkan rumah aman.
2.8 Konsekuensi Incest
Konsekuensi medis akan terjadi kehamilan dengan segala keruetan secara psikologis dapat terjadi pada keluarga tersebut karena perasaan malu, sehingga berlanjut ada kemungkinan digugurkan atau abortus secara sembunyi risiko pendarahan dan juga berhadapan dengan hukum. Atau dilahirkan seperti biasa diakui sebanyak anak atau cucu bisa saja diadopsikan kepada seseorang yang membutuhkan.
Kemungkinan risiko hukum apabila pelaku melakukan hubungan intim itu secara paksa dengan kata lain sudah terjadi peristiwa perkosaan dan dilaporkan kepada pihak berwajib, sehingga pelaku dapat saja dituntut sesuai dengan hukum yang berlaku.
Konsekuensi lainnya, kemungkinan risiko sanksi adat dari desa pakraman. Sanksi adat pakraman khususnya di Bali agak sedikit beragam disesuaikan dengan kondisi setempat. Contoh kasus yakni melakukan upacara ngaben yang diselenggarakan oleh keluarga yang bersangkutan tetapi bukan dalam artian membakar hidup-hidup pelaku hanya sebatas mem-pralina sifat buruk dan keletehan yang bersangkutan.
Konsekuensi lain dari peristiwa incest, keluarga juga dikenai sanksi dengan membayar denda yang disesuaikan oleh adat. Pasangan muda-mudi itu dipisahkan satu sama lain supaya tidak bertemu. Ini juga berfungsi sebagai pendidikan moral bahwa perbuatan yang mereka lakukan itu salah dan mereka tidak mengulangi lagi.

"SePtUm VaGiNa"

2.1 Pengertian Vagina
Vagina adalah organ yang amat penting bagi manusia karena fungsi utamanya untuk mengeluarkan darah haid, bersenggama dan jalan lahir bayi.
Hampir pada setiap persalinan vulva dan vagina ikut cedera. Selain itu, penyakit dan kelainan vulva dan vagina seringpula dijumpai pada wanita hamil, seperti kelainan bawaan, varises, edema, hematoma, peradangan, kondilomata akuminata, fistula dan kista vagina.
2.2 Kelainan Kongenital Berupa Gangguan dalam Organogenesi dari Sistem Reproduksi pada Janin yang Genetik Normal (Kelainan-bawaan )
Atresia vulva dalam bentuk atresia himenalis yang menyebabkan hematokolpos, hematometra, dan atresia vagina menghalang-halangi konsepsi, kecuali apabila dikoreksi dengan tindakan operatif. Lebih sering dijumpai penyempitan vulva dan vagina sebagai akibat perlekatan atau parut yang disebabkan oleh peradangan dan perlukaan waktu persalinan.

2.3 Kelainan Vagina
Kelainan-bawaan vagina yang cukup sering dijumpai waktu kehamilan dan persali nan ialah septum vaginae, terutama yang vertical-longitudinal. Septum itu dapat terbentang dalam seluruh vagina dari serviks sampai introitus vaginae (septum lengkap), akan tetapi ada pula yang terdapat pada sebagian vagina, distal atau proksimal. Biasanya koitus tidak mengalami kesukaran. Septum yang lengkap sangat jarang menyebabkan distosia, karena separoh vagina yang harus dilewati oleh janin biasanya cukup melebar sewaktu kepala lahir. Akan tetapi, septum yang tidak lengkap kadang-kadang menghambat turunannya kepala. Septum itu tampak melekat anteroposterior pada kepala, menyerupai pita otot yang tegang, ada yang tebal dan ada yang tipis. Pita itu dapat putus dengan sendirinya berkat dorongan kepala atau apbila tebal dan kuat, perlu digunting dan kemudian dikat dengan jahitan. Septum vaginae yang melintang dengan lubang kecil di tenganhnya sangat jarang dijumpai dan biasanya tidak menghambat persalinan; hanya pemeriksaan dalam dipersulit karena lubang sentral pada septum itu dapat disangka pembukaan.
Striktura vaginae (menyempitnya lumen vagina) yang congenital biasanya tidakmenghalng-halangi turunnya kepala, akan tetapi yang disebabkan oleh parut akibatperlukaan dapat menyebabkan distosia. Dalam hal terakhir seksio sesarea dapatdipertimbangkan.
Kelainan vagina dapat terjadi karena bawaan dan didapat kelainan bawaan akibat gangguan pada pembentukan dan pertumbuhan vagina dapat berupa :
a) Vagina tidak terbentuk sama sekali disebut atresia vagina atau agenesis vagina.
b) Vagina terbentuk hanya sebagian disebut agenesis partial, mungkin hanya bagianproksimal atau hanya bagian distal.
c) Terdapat batas antara bagian vagina atas distal disebut spektum transversal.
d) Terdapat septum longitudinal sehingga vagina menjadi dua.
e) Lubang vagina bagian distal tertutup karena selaput dara tidak ada, lubang himen(himen imperforata).
f) Lubang vagina terlalu kecil.
g) Bagian luar vagina seperti labia terlalu melebar atau mengalami perlekatan (adhesi labia).
Sedangkan kelainan karena didapat dapat terjadi karena trauma, terutamatraumapersalinan; infeksi; radiasi; dan zat-zat kimia. Bentuk kelainan didapat mungkin berupa:
a) Adesi labia atau adesi dinding vagina
b) Penonjolan dinding vagina depan(sistokel)
c) Penonjolan dinding vagina bagian belakang (rektokel)
d) Penonjolan puncak vagina (prolapsus uteri atau enterokel)
e) Pelebaran saluran vagina
f) Pelebaran mulut vagina (introitus vagina) karena terdapatnya ruptura perineal.
g) Terdapatnya fistula (lubang antara vagina dengan saluran cerna) (rektrovagina) dan lubang antara vagina dengan saluran kemih bawah (vesiko vagina fistula).
2.4 Keluhan-keluhan pada Kelainan Vagina
1) Darah haid tidak keluar sehingga penderita selalu merasa sakit perutnya dan terasa benjolan di rongga perut.
2) Mengalami kesulitan dalam bersenggama seperti sakit atau tidak dapat bersenggama secara normal.
3) Terasa adanya benjolan keluar dari vagina
4) Air kemih atau feases keluar ke dalam vagina
5) Liang vagina dirasakan terlalu besar.
6) Menimbulkan kemandulan atau kesulitan saat melahirkan anak.
7) Mulut vagina terlalu besar dan terlihat bentuk yang tidak bagus.

2.5 Diagnostik untuk Menegakkan Diagnosis
 Anamnesis : tanyakan keluhan-keluhan yang berhubungan dengan fungsi utama vagina di samping keluhan-keluhan lainnya.
 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan ginekologi dengan teliti dan cermat serta sistematik dari luar sampai kedalam vagina
 Pemeriksaan colok dubur untuk mengetahui sfingter ani, tonusnya, serta jarak anus dengan vagina dan tonus fasia rekto vagina.
 Pemeriksaan khusus : pemeriksaan genetik (kromosom dan seks kromatik), pemeriksaan USG, dan pemeriksaan IVP.
2.6 Pengobatan
Pembedahan pada kasus kelainan vagina harus selalu berpegang pada tujuan pembedahan secara umum, yaitu menghilangkan keluhan penderita, menghilangkan keadaan patologi, mengembalikan fungsi organ tersebut, dan memperhatikan estetik.
Sebagai contoh, pada kelainan vagina berupa himen imperforata atau septum vagina transversal yang menghalangi keluarnya darah haid perlu segera dilakukan eksisi. Akan tetapi, bila kelainan berupa agenesis vagina maka perlu diperhatikan faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengobatan seperti faktor emosi penderita dan keluarganya, waktu melakukan tindakan, serta jenis pembedahan yang dipilih. Adapun jenis pembedahan pada kelainan pada vagina :
1) Labia, bila terlalu lebar dilakukan labiaplasti, bila sobek dilakukan reparasi, dan kalau adhesi dilakukan insisi.
2) Vagina :
 Himen imperforata dilakukan eksisi
 Septum vagina dilakukan insisi dengan pemasangan mold untuk 4-5 hari untuk septum longitudinal dilakukan eksisi saja kalau diperlukan.
 Agenesis vagina dilakukan vaginoplasti dengan graf selaput amnion.
 Adhesi dinding vagina karena didapat dilakukan vaginoplasti dengan mold.
 Penonjolan dinding belakang vagina (rektokel) dilakukan kolporafi posterior.
 Pelebaran mulut vagina dilakukan kolpoperineografiplasti.
 Fistula dilakukan reparasi atau fistuloplasti.
2.7 Septum Vagina
Atresia vulva dalam bentuk atresia himenalis yang menyebabkan hematokolpos, hematometra dan atresia vagina dapat menghalangi konsepsi. Kelainan vagina yang cukup sering dijumpai dalam kehamilan dan persalinan adalah septum vagina terutama vertika longitudinal.
Septum yang lengkap sangat jarang menyebabkan distosia karena separoh vagina yang harus dilewati oleh janin biasanya cukup melebar sewaktu kepala lahir. Akan tetapi septum yang tidak lengkap kadang-kadang menghambat turunnya kepala.
Struktur vagina yang kongenital biasanya tidak menghalangi turunnya kepala, akan tetapi yang disebabkan oleh perut akibat perlukaan dapat menyebabkan distosia.
Sekat sagital di vagina dapat ditemukan dibagian atas vagina. Tidak jarang hal ini ditemukan dengan kelainan pada uterus, oleh karena ada gangguan dalam fusi atau kanalisasi kedua duktus mulleri. Pada umumnya kelainan ini tidak menimbulkan keluhan pada yang bersangkutan dan baru ditemukan pada pemeriksaan ginekologik. Darah haid juga keluar secara normal, dispareuni dapat timbul, meskipun biasanya septum itu tidak dapat mengganggu koitus.
 Septum Vagina Jarang terjadi, Lokasi :
- bawah, tengah, atas
- sering : 1/3 atas vagina
 Keluhan : tgt imperforata atau tidak
 Terapi : operatif à eksisi
 Prognosis sist reprod à baik

2.8 Faktor Etiologi Penyebab Kelainan Kongenital
Penyebab langsung kelainan kongenital sering kali sukar diketahui. Pertumbuhan embrional dan fetal dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor genetik, faktor lingkungan atau kedua faktor secara bersamaan.
Faktor etiologi penyebab kelainan kongenital diantaranya :
1. Kelainan genetik dan kromosom
Kelainan genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan berpengaruh atas kejadian kelainan kongenital pada anaknya. Diantara kelainan-kelainan ini ada yang mengikuti hukum mendel biasa tetapi dapat pula diwarisi oleh bayi yang bersangkutan sebagai unsur dominan atau kadang-kadang sebagai unsur resesif. Penyelidikan dalam hal ini sukar tetapi adanya kelainan kongenital yang sama dalam satu keturunan dapat membantu langkah-langkah selanjutnya.
Dengan adanya kemajuan dalam bidang teknologi kedokteran, maka telah dapat diperiksa kemungkinan adanya kelainan kromosom selama kehidupan fetal serta telah dapat dipertimbangkan tindakan-tindakan selanjutnya.
2. Faktor Mekanik
Tekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat menyebabkan kelainan bentuk organ tersebut. Faktor predisposisi dalam pertumbuhan organ itu sendiri akan mempermudah terjadinya deformitas suatu organ.
3. Faktor Infeksi
Infeksi yang dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah infeksi yang terjadi pada periode organogenesis yakni dalam trimester pertama kehamilan. Adanya infeksi tertentu dalam periode organogensis ini dapat menimbulkan gangguan dalam pertumbuhan suatu organ tubuh. Infeksi pada trimester pertama disamping dapat menimbulkan kelainan kongenital dapat pula meningkatkan kemungkinan terjadi abortus.

4. Faktor Obat
Beberapa jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada trimester pertama kehamilan diduga sangat erat hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital pada bayinya. Salah satu jenis obat yang dapat mengakibatkan terjadinya fokomelia atau mikromelia. Beberapa jenis jamu-jamuan yang diminum wanita hamil muda dengan tujuan yang kurang baik diduga erat pula hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital. Walaupun hal ini secara laboratorik belum banyak diketahui secara pasti.
Sebaiknya salama kehamilan, khususnya trimester pertama dihindari pemakaian obat-obatan yang tidak perlu sama sekali. Walaupun hal ini kadang-kadang sukar dihindari karena calon ibu memang terpaksa harus minum obat. Hal ini misalnya pada pemakaian fraskuilaiser untuk penyakit tertentu. Pemakaian sitostatik atau preparat hormon yang tidak dapat dihindarkan, keadaan ini perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya sebelum kehamilan dan akibatnya terhadap bayi.
5. Faktor Umum Ibu
Telah diketahui bahwa mongolisme lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mendekati masa menopause. Di bangsal bayi baru lahir Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun 1975-1979, secara klinis ditemukan angka kejadian mongolisme 1,08 per 100 kelahiran hidup dan ditemukan risiko relatif sebesra 26,93 untuk kelompok ibu umur 35 tahun atau lebih.
6. Faktor Hormonal
Faktor ini diduga mempunyai hubungan pula dengan kejadian kelainan kongenital. Bayi yang dilahirkan oleh ibu hipotiroidisme atau ibu penderita diabetes melitus kemungkinan untuk mengalami gangguan pertumbuhan lebih besar dibandingkan dengan bayi yang normal.

7. Faktor Radiasi
Radiasi pada permulaan kehamilan mungkin sekali akan dapat menimbulkan kelainan kongenital pada janin. Adanya riwayat radiasi yang cukup besar pada orang tua dikhawatirkan akan dapat mengakibatkan mutasi pada gene yang mungkin sekali dapat menyebabkan kelainan kongenital pada bayi yang dilahirkannya. Radiasi untuk keperluan diagnostik atau terapeutik sebaiknya dihindarkan dalam masa kehamilan, khususnya pada hamil muda.
8. Faktor Gizi
Pada binatang percobaan, kekurangan gizi berat dalam masa kehamilan dapat menimbulkan kelainan kongenital. Pada manusia, pada penyelidikan-penyelidikan menunjukkan bahwa frekuensi kelainan kongenital, pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan makanan lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir dari ibu yang baik gizinya. Pada binatang percobaan adanya defisiensi protein, vitamin A riboflarin, folic acid, thiamin yang dapat menaikkan kejadian kelainan kongenital.
9. Faktor-Faktor Lain
Banyak kelainan kongenital yang tidak diketahui penyebabnya. Faktor janinnya sendiri dan faktor lingkungan hidup janin diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Sering sekali penyebab kelainan kongenital tidak diketahui.

"KEHAMILAN"

Kehamilan
1. Pengertian
Kehamilan (pregnancy) adalah suatu masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin (Wiknjosastro, 2005). Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya. Dalam kehamilan dapat terjadi banyak gestasi (misalnya, dalam kasus bayi kembar, atau triplet) (Wikipedia, 2008).
Syarat Kehamilan : Ada sperma & sel telur yang matang
Kapan Terjadinya Kehamilan : Sekitar ovulasi
Bagaimana Terjadinya Kehamilan : Pertemuan dan persenyawaan ovum & sperma
Dimana Terjadinya Kehamilan : Di ampula
2. Proses Kehamilan
Untuk terjadinya sebuah kehamilan harus memenuhi beberapa proses, yaitu: (Winkjosastro, 2005)
a. Sel Telur (ovum) Pertumbuhan embrional oogonium yang kelak menjadi ovum terjadi di genitalridge. Tiap bulannya wanita melepaskan 1 atau 2 sel telur (ovum) dari indung telur. Ovum dilepas oleh ovarium disapu oleh mikrofilamen-mikrofilamen fimbria infundibulum kearah ostium tuba abdominale, dan disalurkan terus kea rah medial.
Ovum sesudah dilepas oleh ovarium mempunyai diameter 100 , (0,1mm). Ovum dilingkari oleh zona pellusida. Di luar zona pellusida ini ditemukan sel-sel korona radiate, dan di dalamnya terdapat ruang perrivitellina. Jumlah sel-sel korona radiata di dalam perjalanan ovum di dalam ampula tuba makin berkurang, hingga ovum hanya dilingkari oleh zona pellusida pada waktu berada dekat pada perbatasan ampulla dan ismus tuba, tempat pembuahan umumnya terjadi.
b. Sel Mani (Spermatozooa) Sperma terdiri dari tiga bagian yaitu kaput (kepala) yang mengandung bahan nucleus, ekor berguna untuk bergerak, bagian silindrik, menghubungkan kepala dan ekor. Pada saat koitus kira-kira 3-5 cc semen ditumpahkan ke dalam fornik posterior, dengan jumlah spermatozoa sekitar 200-500 juta. Dengan gerakan ekornya sperma masuk ke dalam kanalis servikalis. Di dalam rongga uterus dan tuba gerakan sperma terutama disebabkan oleh kontraksi otot-otot pada rongga tersebut.
Spermatozoa dapat mencapai ampula, kira-kira satu jam setelah koitus. Ampula tuba merupakan tempat terjadinya fertilisasi. Hanya beratus sperma yang bisa mencapai tempat ini. Sebagian besar mati karena keasaman vagina, sebagian lagi mati/ hilang dalam perjalanan. Sperma dapat bertahan dalam saluran reproduksi wanita sampai empat hari. Di dalam saluran reproduksi wanita spermatozoa mengalami kapasitasi sebelum ia mampu membuahi ovum. Kapasitasi terjadi di dalam rongga uterus dan tuba yaitu berupa pelepasan lapisan pelindung disekitar akrosom. Setelah ini terjadilah reaksi akrosomik yaitu pembentukan lobang-lobang kecil pada akrosom tempat dilepaskannya enzim-enzim yang dapat melisiskan corona radiata dan zona pelusida. Setidak-tidaknya dikenal dua enzim yaitu CPE (Corona Penetrating Enzym) yang mencerna korona radiata dan hialuronidase yang mencerna zona pelusida (Kusmiyati, 2008).
c. Pembuahan (Konsepsi / Fertilisasi) Pembuahan (fertilisasi) adalah suatu peristiwa persatuan antara sel mani dengan sel telur. Fertilisasi terjadi di ampula tuba, hanya satu sperma yang telah menglami proses kapasitasi dapat melintasi zona pelusida masuk ke dalam vitellus ovum. Setelah itu zona pelusida mengalami perubahan sehingga tidak dapat dilalui sperma lain. Penyatuan ini dalam prosesnya diikuti oleh penyatuan pronukleus yang disebut zygote yang terdiri atas penyatuan genetik dari wanita dan pria.
Dari penyatuan itu mungkin akan menghasilkan:
1) XX – zygote akan menghasilkan bayi perempuan
2) XY – zygote akan menghasilkan bayi laki-laki.
Dalam beberapa jam setelah pembuahan, mulailah pembelahan zygote yang berjalan lancar dan dalam 3 hari samapi dalam stadium morula. Hasil konsepsi ini dengan ukuran tetap bergerak kearah rongga rahim oleh arus dan getaran silia serta kontraksi tuba. Selama dalam perjalanan ke kavum uteri morula menglami pembelahan – pembelahan menjadi blastu.
d. Nidasi (Implantasi) Nidasi adalah peristiwa tertanamnya atau bersarangnya sel telur yang telah dibuahi (fertilized egg) ke dalam endometrium. Sel telur yang telah dibuahi (zygote) akan segera membelah menjadi blastomer.
Pada hari ketiga 16 blastomer disebut morula. Pada hari ke-4 di dalam morula akan terbentuk rongga, bangunan ini disebut blastula.
Dua struktur penting di dalam blastula adalah:
1). lapisan luar yang disebut trofoblas, yang akan menjadi plasenta
2). Embblas (inner cell mass) yang kelak menjadi janin.
Pada hari ke-4 blastula masuk ke dalam endometrium dan pada hari ke-6 menempel pada endometrium.
Pada hari ke-10 seluruh blastula (blastokis) sudah terbenam dalam endometrium dan dengan demikian nidasi sudah selesai. Tempat nidasi biasanya pada dinding belakang di daerah fundus uteri (Kusmiyati, 2008). Pada saat nidasi biasanya pembuluh darah endometrium pecah dan sebagian wanita akan mengalami perdarahan ringan akibat implantasi, biasa disebut tanda Hartman (Manuaba, 1998).
e. Plasentasi Nidasi atau implantasi terjadi pada bagian belakang fundus uteri di dinding depan atau belakang. Pada blastula penyebaran sel trofoblas yang tumbuh kembang tidak rata, sehingga bagian blastula dengan inner cell mass akan tertanam ke dalam endometrium. Sel trofoblas mendestruksi endometrium sampai terjadi pembentukan plasenta yang berasal dari primer vili korialis.
Terjadinya implantasi mendorong sel blastula mengadakan deferensiasi. Sel yang dekat dengan ruang eksoderm membentuk “entoderm” dan yolk sac (kantung yolk) sedangkan sel yang lain membentuk “ectoderm” dan ruangan amnion. Plat embrio (embyonal plate) terbentuk diantara dua ruangan yaitu ruang amnion dan kantung yolk. Plat embrio terdiri dari unsure ectoderm, entoderm, dan mesoderm. Ruangan amnion dengan cepat mendekati korion sehingga jaringan yang terdapat antara amnioan dan embrio padat dan berkembang menjadi tali pusat. Pada permulaan kantung yolk berfungsi sebagai pembentuk darah bersama dengan hepar, limfe, dan sumsum tulang. Pada minggu kedua sampai ketiga terbentuk bakal jantung dengan pembuluh darahnya yang menuju body stalk (bakal tali pusat). Jantung bayi mulai dapat dideteksi pada minggu keenam sampai delapan dengan mempergunakan ultrasonografi atau Doppler. Pembuluh darah pada body stalk terdiri dari arteri umbiliaklis dan vena umbilikalis. Cabang arteri dan vena umbilikalis masuk ke vili korialis sehingga dapat melakukan pertukaran nutrisi dan sekaligus membuang hasil metabolisme yang tidak diperlukan.
Vili korialis menghancurkan desidua sampai pembuluh darah, mulai dengan pembulih darah vena pada hari ke-10 sampai ke-11 setelah konsepsi, sehingga sejak saat itu embrio mendapat tambahan nutrisi dari darah ibu secara langsung. Selanjutnya vili korialis menghancurkan pembuluh darah arteri sehingga terjadi aliran darah pertama reptroplasenter pada hari ke-14 sampai ke-15 setelah konsepsi. Bagian desidua yang tidak dihancurkan membagi plasenta menjadi sekitar 15 sampai 20 kotiledon maternal. Sedangkan dari sudut fetus, maka plasenta dibagi menjadi sekitar 200 kotiledon fetus.
Setiap kotiledon fetus terus bercabang dan bercabang di tengah aliran darah untuk menunaikan fungsinya memberikan nutrisi, pertumbuhan, dan perkembangan janin dalam rahim ibu. Darah ibu dan janin tidak berhubungan langsung dan dipisahkan langsung oleh lapisan trofoblas, dinding pembuluh darah janin. Fungsinya dilakukan berdasarkan system osmosis dan enzimatik serta pinositosis. Situasi plasenta demikian disebutkan sistem plesenta-hemokorial.
3. Tanda Kehamilan
Tanda-tanda kehamilan dibagi menjadi dua, yaitu: (Kusmiyati, 2008)
a. Tanda yang tidak pasti (probable signs)/ tanda mungkin kehamilan
1) Amenorhea
2) Mual dan muntah
3) Quickening
4) Keluhan kencing
5) Konstipasi
6) Perubahan Berat Badan
7) Perubahan tempratur suhu basal
8)Perubahan warna kulit
9) Perubahan payudara
10) Perubahan pada uterus
11) Tanda piskacek’s
12) Perubahan-perubahan pada serviks
a.) Tanda Hegar
b.) Tanda Goodell’s
c) Tanda Chadwickb.
Tanda pasti kehamilan
1) Denyut Jantung Janin (DJJ)
2) Palpasi
3)Pemeriksaan Diagnostik Kehamilan
a.) Rontgenografi
b.) Ultrasonografi (USG)
c.) Fetal Electrografi (FCG)
d.) Tes Laboratorium/ Tes Kehamilan.
4. Perubahan Selama Kehamilan
Proses kehamilan sampai persalinan merupakan mata rantai satu kesatuan dari konsepsi, nidasi, pengenalan adaptasi, pemliharaan kehamilan, perubahan endokrin sebagai persiapan menyongsong kelahiran bayi, dan persalinan dengan kesiapan pemeliharaan bayi.
Tahap awal perkembangan manusia diawali dengan peristiwa pertemuan/peleburan sel sperma dengan sel ovum yang dikenal dengan peristiwa FERTILISASI. Fertilisasi akan menghasilkan sel individu baru yang disebut dengan zygote dan akan melakukan pembelahan diri/pembelahan sel (cleavage) menuju pertumbuhan dan perkembangan menjadi embrio.
Proses Pembentukan Janin
• Spermatogenesis
Peralihan dari bakal sel kelamin yang aktif membelah ke sperma yang masak serta menyangkut berbagai macam perubahan struktur yang berlangsung secara berurutan. Spermatogenesis berlangsung pada tubulus seminiferus dan diatur oleh hormone gonadtotropin dan testosterone (Wildan yatim, 1990).
Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :
1. Spermatocytogenesis
Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan menjadi spermatosit primer.
 Spermatogonia
Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat melakukan reproduksi (membelah) dengan cara mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan berkembang menjadi spermatosit primer.
 Spermatosit PrimerSpermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya danmengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak,yaituspermatosit sekunder.
2. Tahapan Meiois
Spermatosit I (primer) menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak dansegera mengalami meiosis I yang kemudian diikuti dengan meiosis II.Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang lengkap terpisah, tapi masih berhubungan sesame lewat suatu jembatan(Interceluler bridge). Dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap.
3. Tahapan Spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa empat spermatozoa masak. Dua spermatozoa akan membawa kromosom penentu jenis kelamin wanita “X”. Apabila salah satu dari spermatozoa ini bersatu dengan ovum, maka pola sel somatik manusia yang 23 pasang kromosom itu akan dipertahankan. Spermatozoa masak terdiri dari:
a. Kepala (caput), tidak hanya mengandung inti (nukleus) dengan kromosom dan bahan genetiknya, tetapi juga ditutup oleh akrosom yang mengandung enzim hialuronidase yang mempermudah fertilisasi ovum.
b. Leher (servix), menghubungkan kepala dengan badan.
c. Badan (corpus), bertanggungjawab untuk memproduksi tenaga yang dibutuhkan untuk motilitas. d. Ekor (cauda), berfungsi untuk mendorong spermatozoa masak ke dalam vas defern dan ductus ejakulotorius.
• Oogenesis
 Sel-Sel Kelamin Primordial
Sel-sel kelamin primordial mula-mula terlihat di dalam ektoderm embrional dari saccus vitellinus, dan mengadakan migrasi ke epitelium germinativum kira-kira pada minggu ke 6 kehidupan intrauteri. Masing-masing sel kelamin primordial (oogonium) dikelilingi oleh sel-sel pregranulosa yang melindungi dan memberi nutrient oogonium dan secara bersama-sama membentuk folikel primordial.
 Folikel Primordial
Folikel primordial mengadakan migrasi ke stroma cortex ovarium dan folikel ini dihasilkan sebanyak 200.000. Sejumlah folikel primordial berupaya berkembang selama kehidupan intrauteri dan selama masa kanak-kanak, tetapi tidak satupun mencapai pemasakan. Pada waktu pubertas satu folikel dapat menyelesaikan proses pemasakan dan disebut folikel de Graaf dimana didalamnya terdapat selkelamin yang disebut oosit primer.
 Oosit Primer Inti (nukleus)
Oosit primer mengandung 23 pasang kromosom (2n). Satu pasang kromosom merupakan kromosom yang menentukan jenis kelamin, dan disebut kromosom XX. Kromosom-kromosom yang lain disebut autosom. Satu kromosom terdiri dari dua kromatin. Kromatin membawa gen-gen yang disebut DNA.
 Pembelahan Meiosis Pertama
Meiosis terjadi di dalam ovarium ketika folikel de Graaf mengalami pemasakan dan selesai sebelum terjadi ovulasi. Inti oosit atau ovum membelah sehingga kromosom terpisah dan terbentuk dua set yang masing-masing mengandung 23 kromosom. Satu set tetap lebih besar dibanding yang lain karena mengandung seluruh sitoplasma, sel ini disebut oosit sekunder. Sel yang lebih kecil disebut badan polar pertama. Kadang-kadang badan polar primer ini dapat membelah diri dan secara normal akan mengalami degenerasi. Pembelahan meiosis pertama ini menyebabkan adanya kromosom haploid pada oosit sekunder dan badan polar primer, juga terjadi pertukaran kromatid dan bahan genetiknya. Setiap kromosom masih membawa satu kromatid tanpa pertukaran, tetapi satu kromatid yang lain mengalami pertukaran dengan salah satu kromatid pada kromosom yang lain (pasangannya). Dengan demikian kedua sel tersebut mengandung jumlah kromosom yang sama, tetapi dengan bahan genetik yang polanya berbeda.
- Oosit Sekunder
Pembelahan meiosis kedua biasanya terjadi hanya apabila kepala spermatozoa menembus zona pellucida oosit (ovum). Oosit sekunder membelah membentuk ovum masak dan satu badan polar lagi, sehingga terbentuk dua atau tiga badan polar dan satu ovum matur, semua mengandung bahan genetik yang berbeda. Ketiga badan polar tersebut secara normal mengalami degenerasi. Ovum yang masak yang telah mengalami fertilisasi mulai mengalami perkembangan embrional.
- Fertilisasi
Keajaiban awal mula kehidupan diawali dengan bertemunya sel sperma dan sel telur di saluran tuba. Hanya 1 sperma yang mampu memasuki sel telur dan membuahinya.
Fertilisasi atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang mengandung ovum dibuahi oleh sperma. Fertilisasi umumnya terjadi segera setelah oosit sekunder memasuki oviduk. Namun, sebelum sperma dapat memasuki oosit sekunder, pertama-tama sperma harus menembus berlapis-lapis sel granulosa yang melekat di sisi luar oosit sekunder yang disebut korona radiata. Kemudian, sperma juga harus menembus lapisan sesudah korona radiata, yaitu zona pelusida. Zona pelusida merupakan lapisan di sebelah dalam korona radiata, berupa glikoprotein yang membungkus oosit sekunder.
Sperma dapat menembus oosit sekunder karena baik sperma maupun oosit sekunder saling mengeluarkan enzim dan atau senyawa tertentu,sehingga terjadi aktivitas yang saling mendukung.
Pada sperma, bagian kromosom mengeluarkan:
o Hialuronidase Enzim yang dapat melarutkan senyawa hialuronid pada korona radiata.
o Akrosin Protease yang dapat menghancurkan glikoprotein pada zona pelusida.
o Antifertilizin Antigen terhadap oosit sekunder sehingga sperma dapat melekat pada oosit sekunder.
Oosit sekunder juga mengeluarkan senyawa tertentu, yaitu fertilizin yang tersusun dari glikoprotein dengan fungsi :
- Mengaktifkan sperma agar bergerak lebih cepat.
- Menarik sperma secara kemotaksis positif.
- Mengumpulkan sperma di sekeliling oosit sekunder.
Pada saat satu sperma menembus oosit sekunder, sel-sel granulosit di bagian korteks oosit sekunder mengeluarkan senyawa tertentu yang menyebabkan zona pelusida tidak dapat ditembus oleh sperma lainnya. Adanya penetrasi sperma juga merangsang penyelesaian meiosis II pada inti oosit sekunder , sehingga dari seluruh proses meiosis I sampai penyelesaian meiosis II dihasilkan tiga badan polar dan satu ovum yang disebut inti oosit sekunder. Segera setelah sperma memasuki oosit sekunder, inti (nukleus) pada kepala sperma akan membesar. Sebaliknya, ekor sperma akan berdegenerasi. Kemudian, inti sperma yang mengandung 23 kromosom (haploid) dengan ovum yang mengandung 23 kromosom (haploid) akan bersatu menghasilkan zigot dengan 23 pasang kromosom (2n) atau 46 kromosom.
2.2 Perkembangan Janin di Rahim
Permulaan masa embriogenik
Embrio :
Tahapan pertumbuhan dan perkembangan embrio dibedakan menjadi 2 tahap yaitu :
1. Fase Embrionik yaitu fase pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup selama masa embrio yang diawali dengan peristiwa fertilisasi sampai dengan terbentuknya janin di dalam tubuh induk betina.
2. Fase fertilisasi adalah pertemuan antara sel sperma dengan sel ovum dan akan menghasilkan zygote. Zygote akan melakukan pembelahan sel (cleavage). Zigot akan ditanam (diimplantasikan) pada endometrium uterus.
3 tahapan fase embrionik yaitu :
a. Morula :
Hasil pembelahan zygot tersebut berupa sekelompok sel yang sama besarnya seperti buah arbei Morula adalah suatu bentukan sel seperti buah arbei (bulat) akibat pembelahan sel terus menerus secara mitosis. Dan keberadaan antara satu dengan sel yang lain adalah rapat. Morulasi yaitu proses terbentuknya morula.
b. Blastula :
Blastula adalah bentukan lanjutan dari morula yang terus mengalami pembelahan. bentuk ini kemudian disebut blastosit. Bentuk blastula ditandai dengan mulai adanya perubahan sel dengan mengadakan pelekukan yang tidak beraturan.
Di dalam blastula terdapat cairan sel yang disebut dengan Blastosoel yang dikeluarkan oleh tuba fallopii.Blastulasi yaitu proses terbentuknya blastula. Pada stadium ini terbentuk sel-sel yang membentuk dinding Blastula dan akan membentuk suatu simpai yang disebut sebagai Trofoblast. Trofoblast mempunyai kemampuan menghancurkan dan mencairkan jaringan menemukan lapisan Endometrium ( lapisan paling dalam dari Rahim ). Pembelahan hingga terbentuk blastula ini terjadi di oviduk dan berlangsung selama 5 hari. Selanjutnya blastula akan mengalir ke dalam uterus. Setelah memasuki uterus, mula-mula blastosis terapung-apung di dalam lumen uteus. Kemudian, 6-7 hari setelah fertilisasi embryo akan mengadakan pertautan dengan dinding uterus untuk dapat berkembang ke tahap selanjutnya. Peristiwa terpautnya antara embryo pada endometrium uterus disebut implantasi atau nidasi. Implantasi ini telah lengkap pada 12 hari setelah fertilisasi (Yatim, 1990: 136) Blastosit terdiri dari sel-sel bagian luar dan sel-sel bagian dalam. Sel-sel bagian luar blastosit merupakan sel-sel trofoblas yang akan membantu implantasi blastosit pada uterus.
Sel-sel trofoblas membentuk tonjolan-tonjolan ke arah endometrium yang berfungsi sebagai kait. Sel-sel trofoblas juga mensekresikan enzim proteolitik yang berfungsi untuk mencerna serta mencairkan sel-sel endometrium. Cairan dan nutrien tersebut kemudian dilepaskan dan ditranspor secara aktif oleh sel-sel trofoblas agar zigot berkembang lebih lanjut. Kemudian, trofoblas beserta sel sel lain di bawahnya akan membelah (berproliferasi) dengan cepat membentuk plasenta dan berbagai membran kehamilan. Berbagai macam membran kehamilan berfungsi untuk membantu proses transportasi, respirasi, ekskresi dan fungsi-fungsi penting lainnya selama embrio hidup dalam uterus. Selain itu, adanya lapisan-lapisan membran melindungi embrio terhadap tekanan mekanis dari luar, termasuk kekeringan.
c. Gastrula
Gastrula adalah bentukan lanjutan dari blastula yang pelekukan tubuhnya sudah semakin nyata dan mempunyai lapisan dinding tubuh embrio serta rongga tubuh. Lapisan terluar blastosit disebut trofoblas merupakan dinding blastosit yang berfungsi untuk menyerap makanan dan merupakan calon tembuni atau ari-ari (plasenta), sedangkan masa di dalamnya disebut simpul embrio (embrionik knot) merupakan calon janin.
Blastosit ini bergerak menuju uterus untuk mengadakan implantasi (perlekatan dengan dinding uterus). Gastrulasi yaitu proses pembentukan gastrula. Menurut Tenzer (2000:212) Setelah tahap blastula selesai dilanjutkan dengan tahap gastrulasi. Gastrula berlangsung pada hari ke 15. Tahap gastrula ini merupakan tahap atau stadium paling kritis bagi embryo. Pada gastrulasi terjadi perkembangan embryo yang dinamis karena terjadi perpindahan sel, perubahan bentuk sel dan pengorganisasian embryo dalam suatu sistem sumbu. Kumpulan sel yang semula terletak berjauhan, sekarang terletak cukup dekat untuk melakukan interkasi yang bersifat merangsang dalam pembentukan system organ-organ tbuh.
Gastrulasi ini menghasilkan 3 lapisan lembaga yaitu lapisan endoderm di sebelah dalam, mesoderm disebelah tengah dan ectoderm di sebelah luar. Dalam proses gastrulasi disamping terus menerus terjadi pembelahan dan perbanyakan sel, terjadi pula berbagai macam gerakan sel di dalam usaha mengatur dan menyusun sesuai dengan bentuk dan susunan tubuh individu dari spesies yang bersangkutan.
d. Tubulasi
Tubulasi adalah pertumbuhan yang mengiringi pembentukan gastrula atau disebut juga dengan pembumbungan. Daerah-daerah bakal pembentuk alat atau ketiga lapis benih ectoderm, mesoderm dan endoderm, menyusun diri sehingga berupa bumbung, berongga. Yang tidak mengalami pembumbungan yaitu notochord, tetapi masif. Mengiringi proses tubulasi terjadi proses differensiasi setempat pada tiap bumbung ketiga lapis benih, yang pada pertumbuhan berikutnya akan menumbuhkan alat (organ) bentuk definitif.
Ketika tubulasi ectoderm saraf berlangsung, terjadi pula differensiasi awal pada daerah-daerah bumbung itu, bagian depan tubuh menjadi encephalon (otak) dan bagian belakang menjadi medulla spinalis bagi bumbung neural (saraf). Pada bumbung endoderm terjadi differensiasi awal saluran atas bagian depan, tengah dan belakang. Pada bumbung mesoderm terjadi differensiasi awal untuk menumbuhkan otot rangka, bagian dermis kulit dan jaringan pengikat lain, otot visera, rangka dan alat urogenitalia.
e. Organogenesis
Organogenesis yaitu proses pembentukan organ-organ tubuh pada makhluk hidup (hewan dan manusia). Organ yang dibentuk ini berasal dari masing-masing lapisan dinding tubuh embrio pada fase gastrula.
Contohnya :
a. Lapisan Ektoderm akan berdiferensiasi menjadi cor (jantung), otak (sistem saraf), integumen (kulit), rambut dan alat indera.
b. Lapisan Mesoderm akan berdiferensiasi menjadi otot, rangka (tulang/osteon), alat reproduksi (testis dan ovarium), alat peredaran darah dan alat ekskresi seperti ren.
c. Lapisan Endoderm akan berdiferensiasi menjadi alat pencernaan, kelenjar pencernaan, dan alat respirasi seperti pulmo.
Imbas embrionik yaitu pengaruh dua lapisan dinding tubuh embrio dalam pembentukan satu organ tubuh pada makhluk hidup.
Contohnya :
a. Lapisan mesoderm dengan lapisan ektoderm yang keduanya mempengaruhi dalam pembentukan kelopak mata. Organogenesis atau morfogenesis adalah embryo bentuk primitive yang berubah menjadi bentuk yang lebih definitive dan memmiliki bentuk dan rupa yang spesifik dalam suatu spesies. Organogensisi dimulai akhir minggu ke 3 dan berakhir pada akhir minggu ke 8. Dengan berakhirnya organogenesis maka cirri-ciri eksternal dan system organ utama sudah terbentuk yang selanjutnya embryo disebut fetus (Amy Tenzer,dkk, 2000).
Pada periode pertumbuhan antara atau transisi terjadi transformasi dan differensiasi bagian-bagian tubuh embryo dari bentuk primitive sehingga menjadi bentuk definitif. Pada periode ini embryo akan memiliki bentuk yang khusus bagi suatu spesies. Pada periode pertumbuhan akhir, penyelesaian secara halus bentuk definitive sehingga menjadi cirri suatu individu. Pada periode ini embryo mengalami penyelesaian pertumbuhan jenis kelamin, watak (karakter fisik dan psikis) serta wajah yang khusus bagi setiap individu.
Organogenesis pada bumbung-bumbung:
1. Bumbung epidermis Menumbuhkan:
- Lapisan epidermis kulit, dengan derivatnya yang bertekstur (susunan kimia) tanduk: sisik, bulu, kuku, tanduk, cula, taji.
- Kelenjar-kelenjar kulit: kelenjar minyak bulu, kelenjar peluh, kelenjar ludah, kelenjar lender, kelenjar air mata.
- Lensa mata, alat telinga dalam, indra bau dan indra peraba.
- Stomodeum menumbuhkan mulut, dengan derivatnya seperti lapisan email gigi, kelenjar ludah dan indra pengecap.
- Proctodeum menumbuhkan dubur bersama kelenjarnya yang menghasilkan bau tajam.
- Lapisan enamel gigi.
2. Bumbung endoderm:
- Lapisan epitel seluruh saluran pencernaan mulai faring sampai rectum.
- Kelenjar-kelenjar pencernaan misalnya hepar, pancreas, serta kelenjar lender yang mengandung enzim dalam esophagus, gaster dan intestium.
- Lapisan epitel paru atau insang.
- Kloaka yang menjadi muara ketiga saluran: pembuangan (ureter), makanan (rectum), dan kelamin (ductus genitalis).
- Lapisan epitel vagina, uretra, vesika urinaria dan kelenjar-kelenjarnya.
3. Bumbung neural (saraf):
- Otak dan sumsum tulang belakang.
- Saraf tepi otak dan punggung.
- Bagian persyarafan indra, seperti mata, hidung dan kulit.
- Chromatophore kulit dan alat-alat tubuh yang berpigment.
4. Bumbung mesoderm:
- Otot:lurik, polos dan jantung.
- Mesenkim yang dapat berdifferensiasi menjadi berbagai macam sel dan jaringan.
- Gonad, saluran serta kelenjar-kelenjarnya.
- Ginjal dan ureter.
- Lapisan otot dan jaringan pengikat (tunica muscularis, tunica adventitia, tunica musclarismucosa dan serosa) berbagai saluran dalam tubh, seperti pencernaan, kelamin, trakea, bronchi, dan pembuluh darah.
- Lapisan rongga tubuh dan selaput-selaput berbagai alat: plera, pericardium, peritoneum dan mesenterium.
- Jaringan ikat dalam alat-alat seperti hati, pancreas, kelenjar buntu.
- Lapisan dentin, cementum dan periodontum gigi, bersama pulpanya.
Pada minggu ke 5 embryo berukuran 8 mm. Pada saat ini otak berkembang sangat cepat sehingga kepala terlihat sangat besar.
Pada minggu ke 6 embrio berukuran 13 mm. Kepala masih lebih besar daripada badan yang sudah mulai lurus, jari-jari mulai dibentuk.
Pada minggu ke 7 embryo berukuran 18 mm, jari tangan dan kaki mulai dibentuk, badan mulai memanjang dan lurus, genetalia eksterna belum dapat dibedakan. Setelah tahap organogenesis selesai yaitu pada akhir minggu ke 8 maka embrio akan disebut janin atau fetus dengan ukuran 30 mm.
Pertumbuhan dan perkembangan manusia Setelah peristiwa fertilisasi, zygote akan berkembang menjadi embrio yang sempurna dan embrio akan tertanam pada dinding uterus ibu. Hal ini terjadi masa 6 – 12 hari setelah proses fertilisasi. Sel-sel embrio yang sedang tumbuh mulai memproduksi hormon yang disebut dengan hCG atau human chorionic gonadotropin, yaitu bahan yang terdeteksi oleh kebanyakan tes kehamilan. HCG membuat hormon keibuan untuk mengganggu siklus menstruasi normal, membuat proses kehamilan jadi berlanjut.
Janin akan mendapatkan nutrisi melalui plasenta/ari-ari. Embrio dilindungi oleh selaput-selaput yaitu :
1. Amnion yaitu selaput yang berhubungan langsung dengan embrio dan menghasilkan cairan ketuban. Berfungsi untuk melindungi embrio dari guncangan.
2. Korion yaitu selaput yang terdapat diluar amnion dan membentuk jonjot yang menghubungkan dengan dinding utama uterus. Bagian dalamnya terdapat pembuluh darah.
3. Alantois yaitu selaput terdapat di tali pusat dengan jaringan epithel menghilang dan pembuluh darah tetap. Berfungsi sebagai pengatur sirkulasi embrio dengan plasenta, mengangkut sari makanan dan O2, termasuk zat sisa dan CO2.
4. Sacus vitelinus yaitu selaput yang terletak diantara plasenta dan amnion. Merupakan tempat munculnya pembuluhdarah yang pertama.
Janin
Janin atau embryo adalah makhluk yang sedang dalam tingkat tumbuh dalam kandungan. Kandungan itu berada dalam tubuh induk atau diluar tubuh induk (dalam telur). Tumbuh adalah perubahan dari bentuk sederhana dan muda sampai bentuk yang komplek atau dewasa (Wildan yatim, 1990). Sedangkan dalam Microsoft Encarta 2006 disebutkan bahwa janin merupakan suatu hewan bertulang belakang yang belum lahir pada suatu fase dimana semua ciri structural orang dewasa sudah dapat dikenal, terutama keturunan manusia yang belum lahir setelah delapan minggu pertumbuhan.
Tahapan perkembangan pada masa embrio
 Bulan pertama : Sudah terbentuk organ-organ tubuh yang penting seperti jantung yang berbentuk pipa, sistem saraf pusat (otak yang berupa gumpalan darah) serta kulit. Embrio berukuran 0,6 cm.
 Bulan kedua : Tangan dan kaki sudah terbentuk, alat kelamin bagian dalam, tulang rawan (cartilago). Embrio berukuran 4 cm.
 Bulan ketiga : Seluruh organ tubuh sudah lengkap terbentuk, termasuk organ kelamin luar. Panjang embrio mencapai 7 cm dengan berat 20 gram.
 Bulan keempat : Sudah disebut dengan janin dan janin mulai bergerak aktif. Janin mencapai berat 100 gram dengan panjang 14 cm.
 Bulan kelima : Janin akan lebih aktif bergerak, dapat memberikan respon terhadap suara keras dan menendang. Alat kelamin janin sudah lebih nyata dan akan terlihat bila dilakukan USG (Ultra Sonographi).
 Bulan keenam : Janin sudah dapat bergerak lebih bebas dengan memutarkan badan (posisi)
 Bulan ketujuh : Janin bergerak dengan posisi kepala ke arah liang vagina.
 Bulan kedelapan : Janin semakin aktif bergerak dan menendang. Berat dan panjang janin semakin bertambah, seperti panjang 35-40 cm dan berat 2500 – 3000 gram.
 Bulan kesembilan : Posisi kepala janin sudah menghadap liang vagina. Bayi siap untuk dilahirkan.
2. Fase Pasca Embrionik yaitu fase pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup setelah masa embrio, terutama penyempurnaan alat-alat reproduksi setelah dilahirkan. Pada fase ini pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi biasanya hanya peningkatan ukuran bagian bagian tubuh dari makhluk hidup.
Kecepatan pertumbuhan dari masing-masing makhluk hidup berbeda-beda satu dengan yang lain. Setelah lahir disebut dengan nama bayi dan memasuki masa neonatal.
Tahap perkembangan janin dimulai pada bulan ke 3 sampai ke 10.
 Pada 6 bulan terakhir perkembangan manusia digunakan untuk meningkatkan ukuran dan mematangkan organ-organ yang dibentuk pada 3 bulan pertama.
 Pada saat janin memasuki bulan ke 3, panjangnya 40 mm. Janin sudah mempunyai sistem organ seperti yang dipunyai oleh orang dewasa. Pada usia ini genitalnya belum dapat dibedakan antara jantan dan betina dan tampak seperti betina serta denyut jantung sudah dapat didengarkan.
 Pada bulan ke 4 ukuran janin 56 mm. Kepala masih dominan dibandingkan bagian badan, genitalia eksternal nampak berbeda. Pada minggu ke 16 semua organ vital sudah terbentuk. Pembesaran uterus sudah dapat dirasakan oleh ibu.
 Pada bulan ke 5 ukuran janin 112 mm, sedangkan akhir bulan ke 5 ukuran fetus mencapai 160 mm. Muka nampak seperti manusia dan rambut mulai nampak diseluruh tubuh (lanugo). Pada yang jantan testis mulai menempati tempat dimana ia akan turun ke dalam skrotum. Gerakan janin sudah dapat dirasakan oleh ibu. Paru-paru sudah selesai dibentuk tapi belum berfungsi.
 Pada bulan ke 6 ukuran tubuh sudah lebih proporsional tapi nampak kurus, organ internal sudah pada posisi normal.
 Pada bulan ke 7 janin nampak kurus, keriput dan berwarna merah. Skrotum berkembang dan testis mulai turun untuk masuk ke skrotum, hal ini selesai pada bulan ke 9. system saraf berkembang sehingga cukup untuk mengatur pergerakan fetus, jika dilahirkan 10% dapat bertahan hidup.
 Pada bulan ke 8 testis ada dalam skrotum dan tubuh mulai ditumbuhi lemak sehingga terlihat halus dan berisi. Berat badan mulai naik jika dilahirkan 70% dapat bertahan hidup.
 Pada bulan ke 9, janin lebih banyak tertutup lemak (vernix caseosa). Kuku mulai nampak pada ujung jari tangan dan kaki.
 Pada bulan ke 10, tubuh janin semakin besar maka ruang gerak menjadi berkurang dan lanugo mulai menghilang. Percabangn paru lengkap tapi tidak berfungsi sampai lahir. Induk mensuplai antibodi plasenta mulai regresi dan pembuluh darah palsenta juga mulai regresi.
2.3 Karakteristik Janin
Proses Terbentuknya janin laki-laki dan perempuan
Proses terbentuknya janin laki-laki dan perempuan dimulai dari deferensiasai gonad. Awalnya sel sperma yang berkromosom Y akan berdeferensiasi awal menjadi organ jantan dan yang X menjadi organ betina. Deferensiasi lanjut kromosom Y membentuk testis sedangkan kromosom X membentuk ovarium. Proses deferensiasi menjadi testis dimulai dari degenerasi cortex dari gonad dan medulla gonad membentuk tubulus semineferus. Di celah tubulus sel mesenkim membentuk jaringan intertistial bersama sel leydig. Sel leydig bersama dengan sel sertoli membentuk testosteron dan duktus muller tp duktus muller berdegenerasi akibat adanya faktor anti duktus muller, testosteron berdeferensiasi menjadi epididimis, vas deferent, vesikula seminlis dan duktus mesonefros. Karena ada enzim 5 alfareduktase testosteron berdeferensiasi menjadi dihidrotestosteron yang kemudian pada epitel uretra terbentuk prostat dan bulbouretra. Selanjunya mengalami pembengkakan dan terbentuk skrotum. Kemudian testis turun ke pelvis terus menuju ke skrotum. Mula-mula testis berada di cekukan bakal skrotum saat skrotum mkin lmamakin besar testis terpisah dari rongga pelvis.
Sedangkan kromosom X yang telah mengalami deferensiasi lanjut kemudian pit primer berdegenerasi membentuk medula yang terisi mesenkim dan pembuluh darah, epitel germinal menebal membentuk sel folikel yang berkembang menjadi folikel telur. Deferensiasi gonad jadi ovarium terjadi setelah beberapa hari defrensiasi testis. Di sini cortex tumbuh membina ovarium sedangkan medula menciut. PGH dari placenta mendorong pertumbuhan sel induk menjadi oogonia, lalu berplorifrasi menjadi oosit primer. Pada perempuan duktus mesonefros degenerasi. Saat gonad yang berdeferensiasi menjadi ovarium turun smpai rongga pelvis kemudian berpusing sekitar 450 letaknya menjadi melintang.
Penis dan klitoris awalnya pertumbuhannya sama yaitu berupa invagina ectoderm. Klitoris sebenarnya merupakan sebuh penis yang tidak berkembang secara sempurna. Pada laki-laki evagina ectoderm berkembang bersama terbawanya sinus urogenitalis dari cloaca.
2.4 Pengeluaran Bayi
Kelahiran bayi dibagi dalam beberapa tahap. Tahap pertama, proses persiapan persalinan. Dalam tahap ini terjadi pembukaan (dilatasi) mulut rahim sampai penuh. Selanjutnya, tahap kedua adalah kelahiran bayi yang keluar dengan selamat. Tahap ketiga, pengeluaran plasenta. Tahap berikutnya adalah observasi terhadap ibu selama satu jam usai plasenta keluar.
Tahapan yang pertama adalah kontraksi. Ini biasanya fase paling lama. Pembukaan leher rahim (dilatasi) sampai 3 cm, juga disertai penipisan (effasi). Hal ini bisa terjadi dalam waktu beberapa hari, bahkan beberapa minggu, tanpa kontraksi berarti (kurang dari satu menit). Tapi pada sebagian orang mungkin saja terjadi hanya 2-6 jam (atau juga sepanjang 24 jam) dengan kontraksi lebih jelas. Setelah itu leher rahim akan semakin lebar.Umumnya fase ini lebih pendek dari fase sebelumnya, berlangsung sekitar 2-3 jam. Kontraksi kuat terjadi sekitar 1 menit, polanya lebih teratur dengan jarak 4-5 menit. Leher rahim membuka sampai 7 cm.
Secara umum dan normal, pembukaan leher rahim akan terus meningkat dengan kontraksi yang makin kuat. Terjadi 2-3 menit sekali selama 1,5 menit dengan puncak kontraksi sangat kuat, sehingga ibu merasa seolah-olah kontraksi terjadi terus-menerus tanpa ada jeda.
Pembukaan leher rahim dari 3 cm sampai 10 cm terjadi sangat singkat, sekitar 15 menit sampai 1 jam. Saat ini calon ibu akan merasakan tekanan sangat kuat di bagian bawah punggung. Begitu pula tekanan pada anus disertai dorongan untuk mengejan. Ibu pun akan merasa panas dan berkeringat dingin.
Posisi calon ibu saat melahirkan turut membantu lancarnya persalinan. Posisi setengah duduk atau setengah jongkok mungkin posisi terbaik karena posisi ini memanfaatkan gaya berat dan menambah daya dorong ibu.
2.5 Pengeluaran Plasenta
Rasa lelah ibu adalah hal yang tersisa ketika bayi sudah keluar, tapi tugas belum berakhir. Plasenta yang selama ini menunjang bayi untuk hidup dalam rahim harus dikeluarkan.
Mengerutnya rahim akan memisahkan plasenta dari dinding rahim dan menggerakkannya turun ke bagian bawah rahim atau ke vagina. Ibu hanya tinggal mendorongnya seperti halnya mengejan saat mengeluarkan bayi. Hanya saja tenaga yang dikeluarkan tak sehebat proses pengeluaran bayi. Apabila plasenta telah keluar, akan segera dijahit robekan atau episiotomi sehingga kembali seperti semula.

2.2 PROSES PERTUMBUHAN JANIN
Suatu Permulaan : Pembuahan
Kurang lebih Empat juta sel Sperma berenang melalui lendir leher rahim masuk ke dalam rahim. Sebagian besar gagal di jalan tetapi cukup sel sperma yang berhasil mencapai kandung telur, sel telur bertemu dengan sel sperma dan hanya satu sel sperma yang berhasil menembus dinding sel telur. Dan penggabungan sel sperma dan sel telur terbentuk Zigot, suatu kumpulan sel yang akan membelah beberapa kali

MINGGU 1
Perjalanan Melalui Saluran Telur Sel Sperma dan sel telur bergabung dan bersatu membentuk Zigot, yaitu kumpulan sel yang telah membelah beberapa kali dalam perjalanannya dari saluran telur menuju rahim. Akhirnya terbentuk sebuah bulatan mungil, tidak lebih besar dari kepala jarum pentul, yang mencapai rahim setelah 3 hari untuk menetap di sana.
MINGGU 2
Pembentukan Selaput Benih Bulatan buah sel segera membentuk lapisan dan kini disebut sebagai Embrio. Pada minggu ini juga terbentuk kantung telur dan selaput buah. Dan yang terpenting pada minggu ini adalah pembentukan selaput benih dimana pada akhirnya semua alat alat tubuh akan terbentuk dari padanya.

MINGGU 3
Jantung Mulai Berdenyut Permulaan terbentuknya mata dan telinga mulai terlihat. Embrio kini menjadi berbentuk Larva. Kepala dan bagian ekor sudah mulai dapat dikenali.
Jantung yang masih memanjang mulai berdeyut dalam beberapa hari. Suatu system pembuluh darah primitif mulai terbentuk, karena dari sejak sekarang makanan dan sisa pembakaran mulai disalurkan dan digunakan.



MINGGU 4
Permulaan Lengan dan Tungkai Kini panjang embrio 5 mm, meskipun mahluk ini kecil tetapi terjadi sangat banyak perubahan perubahan : terbentuk tonjolan, calon lengan dan tungkai, juga calon usus dan organ lain seperti paru-paru.
Dan Sang Ibu Ia mulai menyadari bahwa ia telah terlambat haid 2 minggu.
MINGGU 5
Tangan-Tangan Mungil dengan Selaput Renang Jari-jari tangan dan kaki Embrio ini masih seperti selaput renang, tetapi pada minggu ini mulai terjadi beberapa perubahan. Lengan mungil menjadi lebih berbentuk dan meskipun sangat samar tampak pergelangan tangan dan jari-jari mungil. Jantung dibandingkan bentuk tubuhnya menjadi sangat besar, bahkan sampai menonjol. Pada stadium ini, embrio masih berekor.

MINGGU 6
Jari Tangan dan Jari Kaki Yang Sangat Mungil
Sang ibu kini yakin bahwa ia hamil dan besar embrio kini hampir 13 mm. jari kaki dan tangan kini mulai tampak.
Mata masih terletak di sisi kepala Karena rongga perut belum semuanya “Lengkap”, sehingga tidak cukup besar, maka sebagian calon usus terletak pada pusar dan tali ari-ari.

MINGGU 7
Munculnya Telinga
Ekor sudah hampir seluruhnya menghilang, lengan dan tungkai mungil semakin terbentuk.
Lihatlah, kini sudah tampak telinga. Embrio sampai minggu ini hanya hanya memiliki kelamin wanita, tetapi kalau ia bayi laki-laki, maka pengaruh hormon Testosteron akan membentuk bola-bola Sperma.



MINGGU 8
Kini Semua Telah Dipersiapkan
2,5 cm panjang embrio sekarang, dari kepala hingga bokongnya. Semua organ dan pembuluhnya kini telah dipersiapkan bibitnya.
Pertumbuhan dan penghalusan, harus terjadi dalam bulan-bulan yang akan datang. Karena perkembangannya, meskipun masa embrio telah berlalu, minggu ini merupakan minggu terakhir janin ini disebut Embrio.

MINGGU 9
Mata Tertutup
Kini besar kepala janin sama dengan tubuhnya. Kelopak mata terbentuk dan mata yang agak juling tertutup untuk beberapa bulan.
Kerangka Fetus belum terdiri dari tulang tetapi dari rawan.
Pada rahang mulai terbentuk permulaan gigi susu yang sangat muda.

MINGGU 10
20 Kuku-Kuku Kecil Mungil
Kuku-kuku kecil mulai terbentuk dan pada tepi kepala mulai tampak samar-samar daun telinga.
Sebagian calon usus yang terdapat pada pusar kini menarik diri kedalam rongga perut.Kepala yang menunduk ke dada kini untuk pertama kalinya menjadi sedikit tegak.
MINGGU 11
Untuk Pertama Kali, menghisap Jempol
2 cm panjang Fetus kini. Anda lihat: jari-jari mungil tidak lagi menempel satu sama lain dan sekarang si kecil dapat membuka dan menutup mulut nya, bahkan samapai dapat memasukan jempolnya. Kini jenis kelamin Fetus mulai dapat dibedakan.




MINGGU 12
Rambut Halus Sementara
Mula-mula wajahnya tampak samar-samar, kini menjadi semakin jelas. Tonjolan hidung menjadi semakin panjang dan mata tampak lebih menonjol keluar.Tumbuh menyelimuti tubuhnya (sementara) rambut halus yang disebut “ Lanungo”.Kalau bayi tersebut wanita, maka kini saluran telur mulai turun ketempat dimana seharusnya berada.

MINGGU 13
Dengan Kepalan Tangan
Kurang lebih 10 cm panjang Fetus sekarang. Banyak alat tubuh yang telah benar-benar berfungsi.Si kecil juga telah dapat berbuat lebih banyak : jari-jari tangan dapat mengepal membentuk tinju serta lengan dan tungkai dapat agak menekuk.Kepala bayi dibandingkan dengan bagian lain masih jelas lebih besar.

MINGGU 14
Bernapas Dalam Air
Kini Fetus ini telah tumbuh lagi sepanjang 2 cm dan beratnya sedikit lebih dari 1 Ons (100 gr). Ia dapat membuka tutup mulutnya, dapat menelan, menghisap dan “bernapas”.Pernapasan yang sebenarnya tentu terjadi ketika bayi dilahirkan, tetapi bayi ini dapat memasukan dan mengeluarkan cairan ketuban ke dalam paru-paru, hal ini merupakan suatu proses seperti menarik napas.
MINGGU 15
Melayang dan Minum
Fetus kini melayang dengan tenang dalam air ketuban. Banyak air ketuban belum begitu berpengaruh, tetapi sejak minggu ini produksi mulai meningkat dengan jelas. Karena janin minum air ketuban, maka lambung, usus dan kandung kencing sudah mulai bekerja.
Sejak minggu ini, bila perlu, dapat dilakukan punksi air ketuban.


MINGGU 16
Menatap Juling dan Lurus Ke Muka
Si kecil dapat lebih banyak bergerak, artinya: Kini Fetus telah pandai menggerakkan lengan dan kaki mungilnya. Dari ubun-ubun sampai kaki panjang Fetus sudah kurang lebih 23 cm. Mata (yang masih tertutup) kini hanya melihat juling saja, tetapi sudah dapat menatap lurus ke muka.

MINGGU 17
Rasa Geli di Perut
Bila seorang ibu sudah pernah hamil sebelum ini, biasanya ia dapat mengenali rasa geli, rasa aneh adanya kehidupan dalam perutnya. Fetus kini dapat bergerak dengan terampil.Pada wanita yang untuk pertama kali hamil, ia menyangka bahwa rasa geli ini berasal dari gangguan pada ususnya.

MINGGU 18
Selaput Pelindung Khusus
Kulit sang Fetus memproduksi suatu lapisan lemak pelindung terhadap pengaruh lamanya tinggal dalam cairan ketuban.
Lapisan ini disebut “Verniks”. Kepala Si Kecil kini sudah sedikit berambut, dan juga seluruh tubuhnya ditutupi rambut halus Lanugo.

MINGGU 19
Jutaan Telur Dipersiapkan
Fetus yang beratnya kira-kira 3,5 Ons melayang nyaman dalam cairan ketuban. Alat kelamin berkembang dengan cepat.
Pada gadis cilik terjadi keajaiban : pada periode ini ia memiliki jutaan bibit telur. Jumlah bibit ini sejak dalam rahim sudah mulai berkurang, suatu proses yang berlangsung hingga masa puber.





MINGGU 20
Dapat Sedikit Berkomunikasi
Setengah masa kehamilan telah lewat, Fetus kini berenang kian kemari dengan nyaman dalam ketuban, tanpa mengenal irama siang dan malam, meskipun memiliki periode aktivitas dan istirahat.Si Kecil sudah dapat bereaksi pada suara, tepukan pada perut, juga menghindari sedikit komunikasi. Terasa adanya kehidupan kini sangat jelas.

MINGGU 21
Anak Pendiam atau Nakal ???
Kini ruang gerak Fetus bertambah sedikit padahal ia bertambah aktif. Ia dapat mengulurkan tungkai, lengan, menelan dan kadang-kadang membuat gerakan pernapasan serta telah dapat menghisap dengan benar.Ada anak-anak yang pembawaannya tenang dan yang lain ternyata sangat nakal sejak di dalam perut.
MINGGU 22
Dari Kurus Menjadi Gemuk
Pada ilustrasi “echo”, anda lihat Fetus berumur 22 minggu terutama bagian tubuh atas: kepala, lengan dan tubuh bagian atas yang kecil.
Pada fase ini sang anak masih sangat kurus, tatapi mulai terbentuk sedikit lemak dibawah kulit. Kulit merah berkeriput masih tetap terlindung dengan lapisan “verniks” khusus.

MINGGU 23
Sedikit Terjepit
Seperti anda lihat, karena si kecil menjadi semakin besar, ia tidak dapat lagi melayang bebas dalam ketuban. Jantungnya berdenyut dengan kuat dan dua kali lebih cepat dari pada jantung ibunya.
Bila ia seorang gadis, maka vaginanya kini telah mulai berkembang sebagai jalur yang tertutup sampai terbuka.


MINGGU 24
Sepuluh Kuku Jari Kaki Yang Rapih
Jantung kiri berdenyut begitu keras dan jelas sehingga dengan bantuan lingkaran kertas WC diatas perut dapat sampai terdengar.
Sang anak kini mempunyai alis, bulu mata dan kuku jari kaki yang rapih.Pada Fetus laki-laki, terjadi produksi Testosteron, suatu hormon laki-laki, pada kantung bijinya.

MINGGU 25
Banyak Tidur, Banyak Bergerak
Nyaman dan aman dalam kandungan ibu adalah segala-galanya tanpa kebosanan, inilah yang dirasakan oleh Fetus. Si Kecil tidur banyak sekali dan pada periode terbangun ia bergerak lincah. Juga koordinasi dari pergerakan bertambah baik, pada saat ini ia dapat mengepal dan menjangkau dengan tangannya, seperti tali ari-ari.
MINGGU 26
Bertambah Bulat Karena Lemak Bayi
Kini terlihat jelas lapisan “verniks” pelindung kulit yang keputihan. Fetus semakin berbentuk bundar karena pembentukan lemak bawah kulit yang semakin banyak, disebut “lemak bayi”. Si Cilik pada stadium ini dapat sangat bereaksi pada sentuhan dari luar misalnya tepukan pada perut.

MINGGU 27
Buah Dada Membesar
Selama kehamilan, dibawah pengaruh hormon Ekstra Estrogen, terjadi pertumbuhan kelenjar air susu. Panyudara menjadi lebih besar, terutama setelah melahirkan terdapat banyak produksi hormon Prolaktin yang mengatur produksi ASI (Air Susu Ibu).
Untuk terjadinya produksi susu diperlukan kehadiran Sang Bayi.



MINGGU 28
Ruangan Otak
Otak dalam kepala belum tumbuh dengan sepenuhnya, karena itu tulang tengkorak belum tumbuh menutup.Pada daerah dimana tulang tengkorak akan menutup, terdapat sedikit ruangan yang disebut “Fontanel”. Dibawah kulit tengkorak daerah ini tidak terbuka tetapi terikat kuat dengan jaringan pengikat.

MINGGU 29
Bulu-Buku Rambut Menghilang
Kini ruang gerak Fetus semakin bertambah sedikit. Juga pada stadium ini rambut “Lanugo” dan gumpalan “Verniks” mulai lepas kedalam air ketuban.

MINGGU 30
Montok .Fetus dalam kandungan sekarang berukuran hampir 40 cm dari kepala sampai kaki dan beratnya kira-kira 3 pond (1 ½ kg). Seperti anda lihat pada kaki dan tumit mungil ini, dengan adanya lemak bayi di bawah kulit, bayi mendapat penampilan khas bayi yang montok. Pada bulan ke tujuh ini, untuk pertama kalinya Fetus akan membuka matanya.
MINGGU 31
Latihan Bagi Lambung dan Usus
Meskipun pada tiap jam sepertiga cairan ketuban akan diperbaharui, tetapi pemasukan air yang kurang segar ke dalam Fetus tidak dapat dihindari, misalnya air seninya, pelepasan gumpalan lemak kulit serta rambut Lanugo. Hal ini tidak apa-apa, bahkan karenya maka lambung dan usus berkembang dan membentuk zat pembuangan yang disebut “Mekonium”




MINGGU 32
Pertukaran Dalam Plasenta
Plasenta merupakan suatu jaringan kerja sistem pembuluh darah yang luar biasa. Sirkulasi darah Fetus maupun ibunya sampai saat kelahiran tidak pernah berhubungan langsung, tetapi zat-zat yang diperlukan melalui dinding tipis disalurkan kepada Fetus.Zat asam diperoleh bayi ini melalui tali ari, suatu ikatan antara plasenta dan Fetus.

MINGGU 33
Mendengarkan Musik
Sebentar lagi Sang Fetus akan menentukan posisi letak tubuhnya. Misalnya letak kepala, atau letak bokong sehingga kepala berada diatas. Bayi ini telah beberapa lama dapat mendengar dan bereaksi pada bunyi-bunyian dari luar. Ia mendengar suara dan musik. Tentu tidak nyaring, karena suara harus melalui perut, dinding rahim dan air ketuban.
MINGGU 34
Kontraksi Palsu
Pada saat ini, kadang-kadang ibu telah dapat merasakan kandungannya berkontraksi. Ini adalah apa yang disebut “Kontraksi Palsu”.
Terasa adanya pergerakan dibagian atas rahim kearah bawah. Pada akhir kehamilan pembukaan terjadi karena adanya kontraksi ini.

MINGGU 35
Letak Kepala
Ruang gerak dalam kandungan kini begitu terbatas hingga bayi harus menentukan posisi yang menetap.
Letak yang paling umum adalah : letak kepala terletak dibawah dalam panggul.Pada keadaan aktif, ia tetap dpat menendang dengan lincah. Baik Lanugo maupun Verniks telah menghilang.



MINGGU 36
Saat-Saat Terakhir
Sang Bayi terus bergerak turun kedalam panggul. Sebentar lagi, dan Fetus akan membentuk hormon Penstimulasi kontraksi kelahiran yang disalurkan melalui tali pusat sampai dinding rahim.Karena tekanan bayi pada mulut rahim, ibu juga mulai memproduksi hormon tersebut.
MINGGU 37
Kontraksi Dimulai
Sang Bayi tumbuh terus, padahal kandungan sudah tidak dapat meregang lebih jauh. Plasenta semakin sedikit memproduksi Progesteron, suatu hormon yang mencegah kontraksi. Baik Sang Anak maupun tubuh Ibunya kini telah siap.Mulut rahim akan terbuka, rahim akan berkontraksi beraturan, suatu kontraksi kelahiran.

MINGGU 38
Sampailah Pada Bayi Yang Lengkap
Minggu terakhir dalam kandungan. Bayi telah “sempurna” dan ia menantikan kelahirannya. Ia berbaring pada posisi yang paling umum : letak kepala. Saat proses kelahiran dimulai tidaklah dapat diterka. Bila seorang ibu kehilangan lendir penyumbat yang selama kehamilan menutupi mulut rahim, maka ini merupakan tanda bahwa proses kelahiran akan segera berlangsung.
Pertumbuhan Janin




Penetrasi Sperma Struktur Sperma Manusia

Gametogenesis Penentuan Sex







Perjalanan zigot sampai nidasi Stadium dua sel Zygote


Proses Implantasi
A. Two-cell stage
B. Three-cell stage
C. Four-cell stage
D. Five-cell stage
E. Six-cell stage
F. Eight-cell stage




Pertumbuhan Telur Pembentukan Ruang Amnion & Kuning Telur

Zigot
Pembelahan
Morula (32 sel)
exocoelom
Blastokist
 trofoblast
 bintik benih
Nidasi
Pertumbuhan Telur
Nodus embryonale :
• ruang amnion
• ruang kuning telur
 Ectoderm
kulit, rambut, kuku, gigi, saraf
 Entoderm
usus, hati, saluran nafas, kandung kencing
 Mesoderm
otot, tulang, jaringan ikat, jantung & pembuluh darah
Bintik Benih




Ectoderm
mesoderm Discusembryonale (D.e)
entoderm



Janin
D.e menonjol ke Ruang Amnion
Hubungan D.e dengan Trofoblast




Tangkai penghubung
(Tali Pusat)

Decidua & Chorion






Perubahan Endometrium
Decidua :
 Str. Compactum
 Str. Spongiosum
 Str. Basale
Decidua :
• basalis
• capsularis
• vera
PERKEMBANGAN
TROFOBLAST

Trofoblast Khorion



1. Lapisan Langhans
(cytotrophoblast) mesoderm
2. Lapisan luar
(syncytium/syncytio trophoblast) decidua



Vili
chorion laeve
chorion frondosum

Chorion Frondosum (chorionic villi)
Chorion Frondosum
 pembuluh darah ibu
 decidua (Haftzote)
Membran plasenta :
 Amnion
 Khorion
16 minggu :
o sel Langhans hilang
o terbentuk lapisan Nitabuchl
1. Placenta (Uri)
 Berbentuk cakram
Ø 15-20 cm, tebal 2-3 cm
+ 500 gram
 2 bagian (bagian ibu dan bagian anak)
 16 - 20 kotiledon
 2 arteri umbilikales
 1 vena umbilikalis
Placenta adalah alat yang sangat penting bagi janin karena merupakan alat pertukaran zat antara ibu dan anak dan sebaliknya. Jiwa anak tergantung pada plasenta, baik tidaknya anak tergantung pada baik buruknya faal placenta.
Setelah nidasi sel-sel trofoblast menyerbu ke dalam deciduas sekitarnya sambil menghancurkan jaringan sedangkan di antara masa trofoblast timbul lubang-lubang hingga menyerupai susunan spons.
Lubang ini kemudian berisi darah ibu karena juga didinding pembuluh-pembuluh darah termakan oleh kegiatan tofoblast. Mula-mula sel-sel yang dihancurkan menjadi bahan makanan bagi telur kemudian makanan dari darah ibu.
Sel-sel trofoblast yang menyerbu kemudian merupakan batang-batang yang masing-masing bercabang pula dan akhirnya menjadi jonjot chorion (villi chorialis). Sementara itu trofoblast yang membentuk dinding villus sudah terdiri dari 2 lapisan :
a. Lapisan Luar syncytiotrafoblast
b. Lapisan dalam atau cytotrofoblast (sel-sel Langhans)
Sebelah dalam villus terisi oleh mesoderm. Dalam mesoderm ini terbentuk sel-sel darah merah dan pembuluh-pembeluh darah yang lambat laun sambung menyambung dan akhirnya berhubungan dengan peredaran daran janin melalui pembuluh-pembuluh darah di dalam tali pusat.
Pada kehamilan muda seluruh chorion mempunyai villi tapi villi dalam deciduas capsularis mati, sedangkan villi dalam deciduas basalia tumbuh terus dan merupakan bagian foetal dari placenta.
Di antara villi ada yang menanamkan diri ke dalam deciduas , villi ini disebut jonjot pancang (haftzotte), karena memancagkan telur pada deciduas sedangkan ada juga villi yang ujungnya tak sampai ke deciduas tapi terapung dalam darah ibu. Villi ini terutama bertugas mencari makanan.
Mula-mula villi itu berbentuk batang saja, tapi kemudian mengeluarkan cabang-cabangnya, hal ini sangat memperluas permukaan filtrasi dari villi, karena janin bertambah dengan usianya.
Pada minggu ke 16, sel-sel Langhans mulai menghilang. Hal ini juga menguntungkan kecepatan pertukaran zat antara anak dan ibu. Darah anak dan ibu tak dapat bercampur karena terpisah oleh lapisan jaringan yang dinamakan membrane placentae yang terdiri dari lapisan sel Langhans, jaringan ikat dari vullus dan lapisan endothel kapitel. Dengan hilangnya satu lapisan, membrane placentae lebih tipis dan pertukaran zat lebih lancar.
Pada akhir bulan ke IV daya menyerbu dari trofoblas berhenti dan pada batas antara jaringan janin dan ibu erdapat lapisan jaringan yang necrotis yang disebut lapisan fibrin dari Nitabuch. Pada akhir kehamilan placenta berbentuk sebagai cakram dengan garis tengah 15-20 cm, tebalnya 2-3 cm dan beratnya ± 500 gr. Letaknya pada dinding rahim sebelah depan atau belakang dekat pada fundus.
Pemulaan foetal ialah yang menghadap ke janin, warnanya keputihan dan licin karena tertutup oleh amnion, dibawah amnion nampak pembuluh-pembuluh darah. Permukaan maternal yang menghadap ke dinding rahim, merah warnanya dan terbagi-bagi oleh celah-celah. Celah ini tadinya terisi oleh septa (sekat) yang berasal dari jaringan ibu. Oleh celah-celah ini placenta terbagi 16-20 cotyledon. Pada penampang sebuah placenta, yang masih melekat pada dinding rahim nampak bahwa placenta terdiri dari 2 bagian ialah :
- bagian yang terbentuk oleh jaringan anak
piring penutup atau membrane chorii, yang terbentuk oleh amnion, pembuluh-pembuluh darah janin, chorion dan villi
- bagian yang terbentuk oleh jaringan ibu.
Piring deciduas atau piring basal yang terdiri dari deciduas compacta dan sebagian dari deciduas spongiosa, yang kelak ikut lepas dengan placenta.
Darah janin ke placenta melalui 2 buah arteriae umbilicales dan dari placenta kembali ke tubuh janin melalui vena umbilicalis. Ketiga pembuluh darah ini terdapat dalam tali pusat. Arteri mengandung darah yang “kotor” dan vena mengandung darah yang “bersih”. Dari tali pusat pembuluh-pembuluh darah tersebut berjalan dalam chorion dan kemudian masuk ke dalam villi. Darah ibu memancar ke dalam ruangan intervilair ialah rongga di antara villi, dari arteri-arteri ibu yang terbuka pada dasar ruangan tersebut.
Kemudian darah ibu menyebar ke segala jurusan dan dengan lambat laun mengalir ke bawah dan masuk dalam venae pada dasar placenta. Dulu orang mengira bahwa darah ruangan intervillair semuanya di alirkan ke dalam vena besar pada pinggir placenta yang dinamakan sinus marginalis atau sinus circularis.
2. Faal Placenta
Seperti telah diterangkan, placenta sangat penting bagi pertumbuhan dan kehidupan janin. Placenta bekerja sebagai usus ilah mengambil makanan, sebagai paru-paru mengeluarkan CO2 dan mengambil O2, sebagai zat-zat racun yang biasanya dikeluarkan oleh ginjal seperti ureum dikeluarkan oleh placenta dan akhirnya bekerja sebagai kelenjar buntu yang mengeluarkan hormon-hormon penting untuk kelanjutan kehamilan. Secara singkat placenta faal ialah :
I. Placenta sebagai tempat pertukaran zat
Mula-mula makanan bagi jani diambil dengan penghancur dan absorpsi dari deciduas dan kemudian dari darah ibu. Zat yang dibutuhkan oleh janin seperti zat hydrat arang, zat lemak, zat protein, vitamin dan mineral diambil dari darah ibu, ada juga bukti bahwa zat-zat immune ibu dapat masuk ke dalam darah anak. Sebaliknya zat sampah seperti CO2 dan ureum dibuang ke dalam darah ibu.
Mekanisme pertukaran zat terjadi dengan :
1. Pertukaran Zat Pasif :
a. Filtrasi
Placenta bekerja sebagai membrane semi permeable. Karena perbedaan tekanan hydrostatic, air dan zat yang larut di dalamnya melalui membrane placentae
b. Diffusi
Molekul-molekul kecil melalui membrane placenta. Arah diffuse tergantung pada konsentrasi dari zat-zat sebelah menyebelah dari membrane tersebut.
c. Diapedese : seperti eritrosit
2. Transport Aktif :
a. Diatur oleh enzym
Walaupun konsentrasi beberapa zat dalam darah janin lebih tinggi dari dalam darah ibu (seperti asam amino, fosfat anorganis, vitamin-vitamin) zat-zat tersebut tetap mengalir kea rah darah janin.
b. Pinocytose
Molekul-molekul yang besar seperti protein dikepung oleh penonjolan atau pencekungan dari sitoplasma
II. Secara Lengkap Hormon yang dikeluarkan oleh placenta ialah :
a. Steroid hormon : estrogen dan progesterone
b. Protein hormon
Human Chorionic Gonadotropin Harmone (HCG)
Human Placental Lactogen Hormone (HPL)
Human Chorionic Thyrotropin Hormone (HCT)
Human Chorionic Corticotropin Hormone (HCCT)
c. Releasing Hormones
TSH releasing hormone
LH / FSH releasing Hormone
Disamping itu plasenta menghasilkan enzim seperti :
- Heat stable alkaline phosphatase
- Oxytocinase dan
- Pregnacy specific protein
III. Placenta sebagai barriere
a. Barriere mekanis physis terhadap erythrocyte, kuman dan molekul besar. Placenta menghalangi masuknya kuman yang terdapat dalam darah ibu ke dalam janin, tapi virus sedemikian kecilnya hingga tak dapat terhalang oleh placenta
b. Barriere kimiawi
Beberapa zat yang masuk ke dalam syncitium di rubah, seperti insulin yang berasal dari ibu.
Secara ikhtisar faal placenta dapat dibagi dua:
1. Placenta sebagai organ transfer
2. Placenta sebagai organ sintese
Karena itu faal plasenta dapat dinilai dari fungsi pertukaran zatnya dan dari fungsi produksi hormone serta enzymnya.
Misalnya pada insuffisiensi placenta dapat timbul gejala-gejala sebagai berikut :
1. gangguan pertumbuhan placenta
2. gangguan pertumbuhan janin
3. hypoxia dan acidosis janin
4. kadar hormone berkurang
TEST FAAL PLACENTA
Kesan mengenai faal placenta dapat diperoleh dari :
1. Pertumbuhan janin
2. Dari pemeriksaan air tuban dengan amnioskopo atau amniocentesis
3. Dari pemeriksaan urine ibu ; banyak oestrogen dan pregnandiol dalam urine 24 jam dapat menentukan faal placenta
4. pemeriksaan serum oxytocinase dari darah ibu. Serum oxytocine ini dibuat dalam syncytiotrophoblast.
5. Penentuan kadar HPL (Human Placenta Lactogen)
6. Oxytocin Challenge Test
7. USG
8. Profil biofisik
RUANGAN AMNION
Mula-mula amnion merupakan rongga kecil saja tapi kemudian mengelilingi seluruh janin. Akhirnya amnion merapat pada chorion dan melekat dengannya
TALI PUSAT
- Tali pusat terdapat antara pusat janin dan permukaan foetal placenta. Warnanya dari luar putih dan bukan merupakan tali yang lurus tapi yang berpilin
- Panjangnya ± 55 cm. (30-100 cm) dan garis tengahnya 1-1,5 cm. pembuluh-pembuluh darahnya biasanya lebih panjang dari tali pusat sendiri hingga pembuluh berkelok-kelok kadang-kadang sedemikian rupa, hingga memberikan tonjolan-tonjolan pada permukaan tali pusat dan diberi nama simpul palsu
- Tali pusat diliputi oleh amnion yang sangat erat melekat. Tali pusat mengandung 2 aa. Umbilicates dan satu vena umbilicalis, selebihnya terisi oleh zat seperti agar-agar yang disebut sele Wharton (Wharton’s Jelly) karena sele Wharton mengandung banyak air, maka setelah bayi lahir, tali pusat mudah menjadi kering dan lekas terlepas dari pusat bayi. Tali pusat juga mengandung sisa-sisa dari kandung kuning telur dan allantois yang hanya dapat dilihat dengan microscoop
- Insersi tali pusat pada placenta (ujung tali pusat pada placenta) mungkin terdapat ditengah placenta (insertion centralis)mungkin sedikit kesamping (insertion paracentralis) di samping (insertion lateralis) pada pinggir placenta (insertion marginalis). Kadang-kadang insersinya tidak pada placenta, tapi pada selaput janin (insertion velamentosa)
Liquor Amnii (air ketuban)
Ruangan amnion berisi 1 liter air ketuban
Banyaknya kadang-kadang sangat berbeda-beda
- pada minggu ke 36 banyaknya : 1030 cc
- pada minggu ke 40 banyaknya : 790 cc
- pada minggu ke 45 sudah berkurang menjadi 240 cc
Kalau banyaknya lebih dari 2 liter dinamakan polyhydramnion atau hydramnion. Kalau terlalu sedikit kurang dari 500 cc, disebut olighydramnion. Air ketuban reaksinya alkalis, B.D-nya 1.007-1.025, baunya anyir.
Air ketuban untuk bagian besar terdiri air, tapi mengandung juga sedikit ureum, protein, asam urine, gula, garam-garam malahan juga enzym-enzym. Juga terdapat bintik-bintik lemak yang berasal dari kulit badan anak (vernix easeosa)rambut yang halus yang berasal juga dari anak (lanugo) dan sel-sel yang berasal dari kulit anak maupun dari amnion.
Amnioskopi
Dengan amnioskopi air ketuban dapat berwarna kuning, hijau muda, hijau tua. Warna hijau tua menunjukkan bayi dalam keadaan bahaya (diastress). Dengan amnioscentesis dapat ditentukan umur janin dan sex janin.
Faal Air Ketuban
a) amemungkinkan anak bergerak dengan bebas dan tumbuh dengan bebas ke segala jurusan karena tekanan pada anak sama pada semua lingkungan.
b) Untuk melindungi anak terhadap pukulan-pukulan dari luar dan ibu terhadap gerakan-gerakan anak.
c) Mempertahankan suhu yang tetap bagi anak
d) Waktu persalinan membuka serviks dengan mendorong selaput janin ke dalam ostium uteri.
Asal liquor amnii belum begitu jelas, kemungkinan berasal dari :
1. kencing janin
2. transudat darah ibu
3. secret epitel amnion
4. campuran 1, 2, dan 3
 Kehamilan
 Lama hamil = 280 hari, 266 hari dari ovulasi
Taksiran Persalinan = NAEGELE (siklus 28 hari)
Haid terakhir : Hari +7
Bulan -3
Tahun +1
 Lama Kehamilan
Abortus : < 500 gr < 22 minggu
Partus Imaturus : 500 - 1000 gr 22 - 28 minggu
Partus Prematurus : 1000 - 2500 gr 28 - 37 minggu
Partus Maturus : > 2500 gr 37 - 42 minggu
Partus Serotinus : > 42 minggu
 Pertumbuhan Janin
1 bulan = 1 cm
2 bulan = 4 cm =1 gr
3 bulan = 9 cm =14,2 gr
4 bulan = 16 cm =108 gr
5 bulan = 25 cm =316 gr
6 bulan = 30 cm =630 gr
7 bulan = 35 cm =1045 gr
8 bulan = 40 cm =1680 gr
9 bulan = 45 cm =2478 gr
10 bulan = 50 cm =3400 gr
Pertumbuhan janin dipengaruhi oleh :
1. Faktor Ibu :
 tinggi badan
 gizi
 tempat tinggal
 kehamilan ganda
 kelainan uterus
2. Faktor Anak :
 jenis kelamin
 kelainan genetis
 infeksi intrauterin
 kelainan congenital
3. Faktor Plasenta :
 insufisiensi plasenta
 Index Plasenta
• Berat plasenta/Berat Bayi menurun sampai dengan 36 mg
28 mg = 0.25
38 mg = 0.15
 Kepala Anak
Bagian terpenting dalam persalinan terdiri dari :
a. Bagian muka :
 tulang hidung
 tulang pipi
 rahang atas
 rahang bawah
b. Bagian tengkorak :
 tulang dahi
 tulang ubun-ubun
 tulang pelipis
 tulang belakang kepala
Kepala Janin pada saat aterm yang memperlihatkan bermacam-macam ubun-ubun, sutura, dan diameter biparietal.



Sutura :
 sagitalis
 coronaria
 lambdoidea
 frontalis
Ubun-ubun besar :
Pertemuan 4 sutura :
 sagitalis
 coronaria
 frontalis
Ubun-ubun kecil :
Pertemuan 3 sutura :
 sagitalis
 lambdoidea
Ukuran Kepala Bayi
A. Muka Belakang
1. D. Suboccipito-bregmatica : 9,5 cm foramen magnum – UUB
2. D. Suboccipto frontalis : 11 cm foramen magnum - pangkal hidung
3. D. Fronto-occipitalis : 12 cm pangkal hidung - belakang kepala
4. D. Mento-occipitalis : 13,5 cm dagu - belakang kepala
5. D. Submento - bregmatica : 9,5 cm bawah dagu - UUB
1. Diameter suboksipotobregmatikus
2. Diameter suboksipitofrontalis
3. Diameter oksipitofrontalis
4. Diameter oksipitomentalis
5. Diameter submentobregmatikus

Diameter Kepala Janin pada cukup bulan






Ukuran Kepala Bayi
B. Ukuran melintang
1. D. Biparietalis ( 9 cm )
2. D. Bitemporalis ( 8 cm )
C. Ukuran lingkaran
1. C. Suboccipito - bregmatica : 32 cm ( lingkaran kecil )
2. C. Fronto - occipitalis : 34 cm (lingkaran besar )


 Diameter biparietalis dan
 Diameter bitemporalis



Peredaran Darah Janin :
 2 arteri
 1 vena
 “darah campuran”
 isi vena cava inferior lebih bersih dari aorta
Setelah lahir :
• Ductus Botali menutup lig. Arteriosum
• Foramen ovale menutup
• Duct. Venosus aranti lig teres hepatis
• Aa umbilicales lig vesico umbilicale laterale
Cardiovascular system of fetus
o HB janin ‡ Hb dewasa
o Dibuat terutama di hepar
o Transport O2 lebih mudah
o Menjadi Hb biasa 4 bulan




O2 darah janin lebih rendah


 Peredaran darah lebih cepat
 Kadar Hb lebih tinggi
 Eritrosit lebih banyak
2.3 Perubahan Badan Ibu :
1. UTERUS
Uterus membesar :
 Hiperplasi, hipertrofi otot
 Pertumbuhan aktif (estrogen) pertumbuhan pasif : segmen bawah rahim
 Lingkaran retraksi
 Tanda piskacek
 Kontraksi braxton hicks
 Perubahan serviks
2. VAGINA
 Elastisitas bertambah
 Tanda Chadwick
 Keasaman bertambah
3. OVARIUM
 Corpus luteum graviditatum
4. DINDING PERUT
 Striae gravidarum
 Lividae
 Albicans o.k. hiperfungsi gl. Suprarenalis
5. KULIT
Hiperpigmentasi :
 Linea Nigra
 Chloasma
6. PAYUDARA
 Membesar, nyeri ( hipertrofi alveoli )
 Colostrum
 Hiperpigmentasi

7. BERAT BADAN
 Triwulan 1 : 1 kg
 Triwulan 2 : 5 kg
 Triwulan 3 : 5,5 kg
 Janin : 3 kg
 Plasenta : 0,5 kg
 Air ketuban : 1 kg
 Rahim : 1 kg
 Lemak : 0,5 kg
 Protein : 2 kg
 Air : 1,5 kg , Kebutuhan Fe, Ca dan P bertambah.
8. DARAH
š Volume darah bertambah
š Eritrosit bertambah
š Hydremi
š Batas fisiologis : Hb : 11 gr%
Eri : 3,8 juta/mm3
Leuco : 12000/mm3
9. LAIN-LAIN
 beban jantung bertambah
 kerja paru-paru bertambah
 sekresi HCl & gerakan lambung berkurang
 kerja ginjal bertambah
 ureter melebar
 polakisuri
 perubahan mental