CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Rabu, 18 November 2009

"SePtUm VaGiNa"

2.1 Pengertian Vagina
Vagina adalah organ yang amat penting bagi manusia karena fungsi utamanya untuk mengeluarkan darah haid, bersenggama dan jalan lahir bayi.
Hampir pada setiap persalinan vulva dan vagina ikut cedera. Selain itu, penyakit dan kelainan vulva dan vagina seringpula dijumpai pada wanita hamil, seperti kelainan bawaan, varises, edema, hematoma, peradangan, kondilomata akuminata, fistula dan kista vagina.
2.2 Kelainan Kongenital Berupa Gangguan dalam Organogenesi dari Sistem Reproduksi pada Janin yang Genetik Normal (Kelainan-bawaan )
Atresia vulva dalam bentuk atresia himenalis yang menyebabkan hematokolpos, hematometra, dan atresia vagina menghalang-halangi konsepsi, kecuali apabila dikoreksi dengan tindakan operatif. Lebih sering dijumpai penyempitan vulva dan vagina sebagai akibat perlekatan atau parut yang disebabkan oleh peradangan dan perlukaan waktu persalinan.

2.3 Kelainan Vagina
Kelainan-bawaan vagina yang cukup sering dijumpai waktu kehamilan dan persali nan ialah septum vaginae, terutama yang vertical-longitudinal. Septum itu dapat terbentang dalam seluruh vagina dari serviks sampai introitus vaginae (septum lengkap), akan tetapi ada pula yang terdapat pada sebagian vagina, distal atau proksimal. Biasanya koitus tidak mengalami kesukaran. Septum yang lengkap sangat jarang menyebabkan distosia, karena separoh vagina yang harus dilewati oleh janin biasanya cukup melebar sewaktu kepala lahir. Akan tetapi, septum yang tidak lengkap kadang-kadang menghambat turunannya kepala. Septum itu tampak melekat anteroposterior pada kepala, menyerupai pita otot yang tegang, ada yang tebal dan ada yang tipis. Pita itu dapat putus dengan sendirinya berkat dorongan kepala atau apbila tebal dan kuat, perlu digunting dan kemudian dikat dengan jahitan. Septum vaginae yang melintang dengan lubang kecil di tenganhnya sangat jarang dijumpai dan biasanya tidak menghambat persalinan; hanya pemeriksaan dalam dipersulit karena lubang sentral pada septum itu dapat disangka pembukaan.
Striktura vaginae (menyempitnya lumen vagina) yang congenital biasanya tidakmenghalng-halangi turunnya kepala, akan tetapi yang disebabkan oleh parut akibatperlukaan dapat menyebabkan distosia. Dalam hal terakhir seksio sesarea dapatdipertimbangkan.
Kelainan vagina dapat terjadi karena bawaan dan didapat kelainan bawaan akibat gangguan pada pembentukan dan pertumbuhan vagina dapat berupa :
a) Vagina tidak terbentuk sama sekali disebut atresia vagina atau agenesis vagina.
b) Vagina terbentuk hanya sebagian disebut agenesis partial, mungkin hanya bagianproksimal atau hanya bagian distal.
c) Terdapat batas antara bagian vagina atas distal disebut spektum transversal.
d) Terdapat septum longitudinal sehingga vagina menjadi dua.
e) Lubang vagina bagian distal tertutup karena selaput dara tidak ada, lubang himen(himen imperforata).
f) Lubang vagina terlalu kecil.
g) Bagian luar vagina seperti labia terlalu melebar atau mengalami perlekatan (adhesi labia).
Sedangkan kelainan karena didapat dapat terjadi karena trauma, terutamatraumapersalinan; infeksi; radiasi; dan zat-zat kimia. Bentuk kelainan didapat mungkin berupa:
a) Adesi labia atau adesi dinding vagina
b) Penonjolan dinding vagina depan(sistokel)
c) Penonjolan dinding vagina bagian belakang (rektokel)
d) Penonjolan puncak vagina (prolapsus uteri atau enterokel)
e) Pelebaran saluran vagina
f) Pelebaran mulut vagina (introitus vagina) karena terdapatnya ruptura perineal.
g) Terdapatnya fistula (lubang antara vagina dengan saluran cerna) (rektrovagina) dan lubang antara vagina dengan saluran kemih bawah (vesiko vagina fistula).
2.4 Keluhan-keluhan pada Kelainan Vagina
1) Darah haid tidak keluar sehingga penderita selalu merasa sakit perutnya dan terasa benjolan di rongga perut.
2) Mengalami kesulitan dalam bersenggama seperti sakit atau tidak dapat bersenggama secara normal.
3) Terasa adanya benjolan keluar dari vagina
4) Air kemih atau feases keluar ke dalam vagina
5) Liang vagina dirasakan terlalu besar.
6) Menimbulkan kemandulan atau kesulitan saat melahirkan anak.
7) Mulut vagina terlalu besar dan terlihat bentuk yang tidak bagus.

2.5 Diagnostik untuk Menegakkan Diagnosis
 Anamnesis : tanyakan keluhan-keluhan yang berhubungan dengan fungsi utama vagina di samping keluhan-keluhan lainnya.
 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan ginekologi dengan teliti dan cermat serta sistematik dari luar sampai kedalam vagina
 Pemeriksaan colok dubur untuk mengetahui sfingter ani, tonusnya, serta jarak anus dengan vagina dan tonus fasia rekto vagina.
 Pemeriksaan khusus : pemeriksaan genetik (kromosom dan seks kromatik), pemeriksaan USG, dan pemeriksaan IVP.
2.6 Pengobatan
Pembedahan pada kasus kelainan vagina harus selalu berpegang pada tujuan pembedahan secara umum, yaitu menghilangkan keluhan penderita, menghilangkan keadaan patologi, mengembalikan fungsi organ tersebut, dan memperhatikan estetik.
Sebagai contoh, pada kelainan vagina berupa himen imperforata atau septum vagina transversal yang menghalangi keluarnya darah haid perlu segera dilakukan eksisi. Akan tetapi, bila kelainan berupa agenesis vagina maka perlu diperhatikan faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengobatan seperti faktor emosi penderita dan keluarganya, waktu melakukan tindakan, serta jenis pembedahan yang dipilih. Adapun jenis pembedahan pada kelainan pada vagina :
1) Labia, bila terlalu lebar dilakukan labiaplasti, bila sobek dilakukan reparasi, dan kalau adhesi dilakukan insisi.
2) Vagina :
 Himen imperforata dilakukan eksisi
 Septum vagina dilakukan insisi dengan pemasangan mold untuk 4-5 hari untuk septum longitudinal dilakukan eksisi saja kalau diperlukan.
 Agenesis vagina dilakukan vaginoplasti dengan graf selaput amnion.
 Adhesi dinding vagina karena didapat dilakukan vaginoplasti dengan mold.
 Penonjolan dinding belakang vagina (rektokel) dilakukan kolporafi posterior.
 Pelebaran mulut vagina dilakukan kolpoperineografiplasti.
 Fistula dilakukan reparasi atau fistuloplasti.
2.7 Septum Vagina
Atresia vulva dalam bentuk atresia himenalis yang menyebabkan hematokolpos, hematometra dan atresia vagina dapat menghalangi konsepsi. Kelainan vagina yang cukup sering dijumpai dalam kehamilan dan persalinan adalah septum vagina terutama vertika longitudinal.
Septum yang lengkap sangat jarang menyebabkan distosia karena separoh vagina yang harus dilewati oleh janin biasanya cukup melebar sewaktu kepala lahir. Akan tetapi septum yang tidak lengkap kadang-kadang menghambat turunnya kepala.
Struktur vagina yang kongenital biasanya tidak menghalangi turunnya kepala, akan tetapi yang disebabkan oleh perut akibat perlukaan dapat menyebabkan distosia.
Sekat sagital di vagina dapat ditemukan dibagian atas vagina. Tidak jarang hal ini ditemukan dengan kelainan pada uterus, oleh karena ada gangguan dalam fusi atau kanalisasi kedua duktus mulleri. Pada umumnya kelainan ini tidak menimbulkan keluhan pada yang bersangkutan dan baru ditemukan pada pemeriksaan ginekologik. Darah haid juga keluar secara normal, dispareuni dapat timbul, meskipun biasanya septum itu tidak dapat mengganggu koitus.
 Septum Vagina Jarang terjadi, Lokasi :
- bawah, tengah, atas
- sering : 1/3 atas vagina
 Keluhan : tgt imperforata atau tidak
 Terapi : operatif à eksisi
 Prognosis sist reprod à baik

2.8 Faktor Etiologi Penyebab Kelainan Kongenital
Penyebab langsung kelainan kongenital sering kali sukar diketahui. Pertumbuhan embrional dan fetal dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor genetik, faktor lingkungan atau kedua faktor secara bersamaan.
Faktor etiologi penyebab kelainan kongenital diantaranya :
1. Kelainan genetik dan kromosom
Kelainan genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan berpengaruh atas kejadian kelainan kongenital pada anaknya. Diantara kelainan-kelainan ini ada yang mengikuti hukum mendel biasa tetapi dapat pula diwarisi oleh bayi yang bersangkutan sebagai unsur dominan atau kadang-kadang sebagai unsur resesif. Penyelidikan dalam hal ini sukar tetapi adanya kelainan kongenital yang sama dalam satu keturunan dapat membantu langkah-langkah selanjutnya.
Dengan adanya kemajuan dalam bidang teknologi kedokteran, maka telah dapat diperiksa kemungkinan adanya kelainan kromosom selama kehidupan fetal serta telah dapat dipertimbangkan tindakan-tindakan selanjutnya.
2. Faktor Mekanik
Tekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat menyebabkan kelainan bentuk organ tersebut. Faktor predisposisi dalam pertumbuhan organ itu sendiri akan mempermudah terjadinya deformitas suatu organ.
3. Faktor Infeksi
Infeksi yang dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah infeksi yang terjadi pada periode organogenesis yakni dalam trimester pertama kehamilan. Adanya infeksi tertentu dalam periode organogensis ini dapat menimbulkan gangguan dalam pertumbuhan suatu organ tubuh. Infeksi pada trimester pertama disamping dapat menimbulkan kelainan kongenital dapat pula meningkatkan kemungkinan terjadi abortus.

4. Faktor Obat
Beberapa jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada trimester pertama kehamilan diduga sangat erat hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital pada bayinya. Salah satu jenis obat yang dapat mengakibatkan terjadinya fokomelia atau mikromelia. Beberapa jenis jamu-jamuan yang diminum wanita hamil muda dengan tujuan yang kurang baik diduga erat pula hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital. Walaupun hal ini secara laboratorik belum banyak diketahui secara pasti.
Sebaiknya salama kehamilan, khususnya trimester pertama dihindari pemakaian obat-obatan yang tidak perlu sama sekali. Walaupun hal ini kadang-kadang sukar dihindari karena calon ibu memang terpaksa harus minum obat. Hal ini misalnya pada pemakaian fraskuilaiser untuk penyakit tertentu. Pemakaian sitostatik atau preparat hormon yang tidak dapat dihindarkan, keadaan ini perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya sebelum kehamilan dan akibatnya terhadap bayi.
5. Faktor Umum Ibu
Telah diketahui bahwa mongolisme lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mendekati masa menopause. Di bangsal bayi baru lahir Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun 1975-1979, secara klinis ditemukan angka kejadian mongolisme 1,08 per 100 kelahiran hidup dan ditemukan risiko relatif sebesra 26,93 untuk kelompok ibu umur 35 tahun atau lebih.
6. Faktor Hormonal
Faktor ini diduga mempunyai hubungan pula dengan kejadian kelainan kongenital. Bayi yang dilahirkan oleh ibu hipotiroidisme atau ibu penderita diabetes melitus kemungkinan untuk mengalami gangguan pertumbuhan lebih besar dibandingkan dengan bayi yang normal.

7. Faktor Radiasi
Radiasi pada permulaan kehamilan mungkin sekali akan dapat menimbulkan kelainan kongenital pada janin. Adanya riwayat radiasi yang cukup besar pada orang tua dikhawatirkan akan dapat mengakibatkan mutasi pada gene yang mungkin sekali dapat menyebabkan kelainan kongenital pada bayi yang dilahirkannya. Radiasi untuk keperluan diagnostik atau terapeutik sebaiknya dihindarkan dalam masa kehamilan, khususnya pada hamil muda.
8. Faktor Gizi
Pada binatang percobaan, kekurangan gizi berat dalam masa kehamilan dapat menimbulkan kelainan kongenital. Pada manusia, pada penyelidikan-penyelidikan menunjukkan bahwa frekuensi kelainan kongenital, pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan makanan lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir dari ibu yang baik gizinya. Pada binatang percobaan adanya defisiensi protein, vitamin A riboflarin, folic acid, thiamin yang dapat menaikkan kejadian kelainan kongenital.
9. Faktor-Faktor Lain
Banyak kelainan kongenital yang tidak diketahui penyebabnya. Faktor janinnya sendiri dan faktor lingkungan hidup janin diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Sering sekali penyebab kelainan kongenital tidak diketahui.

0 komentar: